BANGKAPOS.COM--Sabtu menjadi hari pasar di Pajak Pancurbatu. Pajak, sebutan pasar di Sumatera Utara, yang berada di tepi Jalan Djamin Ginting, Kabupaten Deli Serdang, ini semakin ramai didatangi para pembeli dan pedagang yang berasal dari Kota Medan dan Deli Serdang.
Sepanjang jalan masuk, deretan pedagang ayam, bebek, dan anak anjing yang menggemaskan memajang barang dagangannya. Suasananya bak pasar hewan, riuh suara binatang bercampur bising kendaraan.
Di salah satu sudut pasar, sejumlah pedagang duduk bersama belasan anjing. Anjing-anjing itu tergeletak. Badannya terbungkus karung dan terikat tali.
Seekor anak anjing berwarna coklat yang berumur sekitar dua minggu, baru lepas menyusu, ditawarkan dengan harga Rp 150.000. Saat harganya ditawar hingga Rp 100.000, bibi penjual menunjukkan ekspresi tak suka proses tawar-menawar.
Dia mengatakan, Rp 100.000 adalah untuk anjing yang lebih kecil lagi. Ujung-ujungnya, dia mau mengurangi harga untuk si anak anjing berusia dua minggu. Harga tengah.
“Tiap hari aku jualan, tapi barang baru ada hari ini. Buka dasar ini, Rp 120.000,” katanya sambil mengambil anak anjing tersebut pada Sabtu pekan lalu.
Sang penjual tiba-tiba bertanya untuk apa anak anjing itu. Dia mengatakan, jika membelinya untuk dimakan, dia memiliki harga khusus untuk yang berupa daging.
Dia mengambil ponsel dari dalam tas yang disandangnya, lalu menekan nomor.
”Mau berapa kilo,” tanya dia sambil ponsel masih menempel di telinganya.
"Berapa sekilonya?"
"Rp 50.000," jawabnya.
Baca Lagi Dah http://bangka.tribunnews.com/2018/02/22/kisah-perjalanan-daging-anjing-di-medan-dari-pasar-hingga-berakhir-piring-makanBagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Perjalanan Daging Anjing di Medan, dari Pasar hingga ..."
Post a Comment