Dilansir dari Reuters pada Senin (19/2), harga minyak mentah berjangka Brent pada perdagangan Jumat (16/2) lalu naik US$0,51 atau 0,8 persen menjadi US$64,84 per barel, tertinggi dalam delapan hari terakhir. Secara mingguan, harga minyak mentah acuan global tersebut menanjak lebih dari tiga persen, pulih sebagian dari pekan sebelumnya yang anjlok delapan persen.
Sementara, harga minyak mentah berjangka AS West Texas Intermediate (WTI) naik US$0,34 persen atau 0,6 persen menjadi US$61,68 per barel. Secara mingguan, harga WTI naik 4 persen setelah pekan sebelumnya amblas 10 persen.
Pada Jumat lalu, pasar modal global mengalami reli kenaikan pada enam sesi perdagangan berturut-turut, kinerja mingguan terbaik untuk lebih dari dua tahun.
Sementara, dolar AS sempat menguat pada sesi perdagangan Jumat lalu, namun tetap mengarah pada penurunan mingguan terbesar dalam sembilan bulan. Sebagai catatan, pelemahan dolar AS dapat mendongkrak permintaan minyak dan komoditas lain yang diperdagangkan dengan dolar AS.
"Saya tidak ingin menyepelekan apa yang dolar AS lakukan. Pelemahan dolar telah sangat mendukung [harga] minyak mentah," ujar Presiden dan Pendiri Blue Line Futures, Bill Baruch.
Para manajer keuangan telah memangkas taruhan pada posisi harga bakal naik (bullish) pada minyak mentah berjangka Brent untuk hampir delapan bulan pada pekan yang berakhir 13 Februari 2018. Hal itu dipicu oleh sentimen terhadap kelebihan pasokan (oversupply).
Komisi Perdagangan Berjangka Komoditas AS juga menyatakan bahwa para spekulator memangkas posisi beli bersih dan posisi opsi minyak mentah berjangka AS pada pekan yang berakhir 13 Februari 2018, terbanyak sejak akhir Agustus 2017.
"Setelah penurunan tajam yang kami lihat pada Rabu lalu, mungkin ini sudah saatnya pulih," ujar analis CHS Hedging LLC, Tony Headrick.
"Meskipun demikian, jika Anda melihat jumlah rig, jumlah rig minyak AS yang naik sebanyak tujuh itu seharusnya akan membatasi kenaikan harga minyak mentah yang terlalu ekstrem," imbuhnya.
Berdasarkan laporan mingguan perusahaan layanan perminyakan milik General Electric, Baker Hughes,jumlah rig minyak AS, naik tujuh menjadi 798 rig, tertinggi dalam tiga tahun terakhir. Jumlah rig minyak merupakan indikator produksi di masa mendatang.
Kenaikan produksi minyak mentah AS mampu mengimbangi upaya Organisasi Negara Pengekspor Minyak Dunia (OEPC) dan negara produsen minyak lain, termasuk Rusia, untuk memangkas produksi sebesar 1,8 juta barel per hari (bph) hingga akhir 2018.
Badan Adminitrasi Informasi Energi AS (EIA) menyatakan produksi minyak mentah AS tercatat mencapai 10,27 juta barel pada pekan yang berakhir 9 Februari 2018, melampaui produksi Arab Saudi.
Anggaran pemerintah AS yang disetujui pekan sebelumnya juga diperkirakan akan mendorong produksi minyak mentah AS lebih jauh lagi. Hal itu dilakukan dengan memberikan keringanan pajak tiga kali lipat kepada produsen yang menginjeksi karbondioksida kembali ke bumi untuk meningkatkan output. (gir)
Baca Lagi Dah https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180219064245-85-277047/harga-minyak-menanjak-terkerek-pasar-sahamBagikan Berita Ini
0 Response to "Harga Minyak Menanjak, Terkerek Pasar Saham"
Post a Comment