Bareksa.com – Kondisi pasar global memberikan sentimen buruk bagi pasar saham dan obligasi Indonesia. Hal ini pun membuat kinerja produk investasi berbasis saham dan obligasi tertekan sebulan terakhir. Namun, ada alternatif produk investasi yang masih mencatat kinerja cemerlang di tengah tekanan global ini.
Diberitakan sebelumnya, Bank Sentral AS sepakat untuk menaikkan suku bunga 0,25 persen menjadi 1,75 persen di bulan Maret. Senada dengan AS, Bank Sentral China juga menaikkan suku bunga 0,05 persen menjadi 2,55 persen. Sementara itu, Bank Indonesia menetapkan tingkat suku bunga acuan masih berada di level 4,25 persen.
Lalu Presiden Trump memerintahkan untuk memeriksa tarif barang impor dari China yang meningkatkan ketegangan dan kekhawatiran Trade War kedua negara. Barang yang akan diperiksa tarifnya ditargetkan senilai total US$50 miliar.
China merespon dengan tidak ingin Trade War namun juga tida takut. Baru saja diberitakan bahwa Kementerian Perdagangan China menargetkan 128 produk AS dengan total US$3 miliar yang berpotensi terkena tarif impor
Merespon sentimen tersebut, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terus menurun setelah perang dagang antara Amerika dan China terus berlanjut. Hingga penutupan perdagangan kemarin (22/3) IHSG telah melemah 5,3 persen menjadi 6.254 terhitung sejak awal Maret di level 6.605.
Pasar Melemah Bukan Berarti Berhenti Investasi
Meski pergerakan pasar saat ini cenderung menunjukkan pelemahan pasca bullish sejak 2016, bukan berarti tidak ada instrumen investasi yang bisa menjadi alternatif. Dengan kondisi itu, investor perlu mencari produk yang aman dari risiko pasar yang berfluktuasi atau high risk.
Dengan tingkat fluktuasi risiko paling rendah dibanding jenis lainnya, reksadana pasar uang tidak hanya mampu meminimalisir risiko, tetapi juga setidaknya mampu memberikan imbal hasil (return) lebih tinggi dibandingkan hanya menabung di bank.
Sehingga untuk saat ini, potensi keuntungan reksadana bisa lebih tinggi daripada bunga deposito di tengah penurunan pasar saham dan obligasi.
Pada marketplace Bareksa, lima besar reksa dana pasar uang telah memberikan imbal hasil hingga 45 persen dalam 5 tahun terakhir (periode 22 Maret 2013 – 22 Maret 2018).
Gambar : Top 5 Reksadana Pasar Uang 5 tahun terakhir
Sumber : Bareksa.com
Berdasarkan fund fact sheet periode Februari 2018, mayoritas reksadana tersebut mengalokasikan dana pada deposito berjangka bank BUMN, swasta, BPD, hingga MTN yang jatuh tempo kurang dari satu tahun. Seperti diketahui, risiko pada deposito berjangka ini sangatlah kecil.
Sementara itu, kelima produk tersebut memiliki kemampuan menghasilkan tingkat keuntungan yang lebih optimal dibanding deposito langsung di bank, sehingga reksadana pasar uang dapat menjadi alternatif investasi untuk investor pemula yang cenderung ingin aman dan belum siap menerima fluktuasi pasar keuangan yang tinggi.
Dengan tingkat risiko minim, investor pemula juga bisa merasakan manisnya profit investasi melalui produk reksa dana. Yuk Nabung Reksa Dana! (hm)
**
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksa dana, klik tautan ini
- Pilih reksa dana, klik tautan ini
- Belajar reksa dana, klik Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksa dana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksa dana.
Baca Lagi Dah http://www.bareksa.com/id/text/2018/03/23/risiko-kecil-reksadana-pasar-uang-bisa-beri-untung-45-persen-dalam-5-tahun-/18812/newsBagikan Berita Ini
0 Response to "Risiko Kecil, Reksadana Pasar Uang Bisa Beri Untung 45 Persen ..."
Post a Comment