JAKARTA - Pasar saham Indonesia sedang mengalami periode fluktuatif, yang ditandai dengan volatilitas pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ada sejumlah faktor yang menjadi pemicu terjadinya fluktuasi pasar. Di tengah fluktuasi tersebut, ada kecenderungan sebagian investor asing yang melakukan aksi jual, setidaknya karena dua alasan.
Selain karena target keuntungan sudah tercapai, tren pemulihan ekonomi Amerika dan Eropa yang konsisten membuat investor asing melihat peluang investasi di dua kawasan itu. Jadi, bukan karena persoalan dalam negeri Indonesia. Selain alasan itu, rencana Bank Sentral Amerika untuk menaikkan suku bunga acuan, Fed fund rate, memicu capital out flow. Investor asing memilih melepas portofolio di BEI maupun di emerging market lainnya.
Lazimnya, beriringan dengan pemulihan ekonomi dunia, harga minyak mentah dunia akan ikut terkerek. Sudah jadi hal lumrah saat harga minyak mentah menanjak naik, saham sejumlah sektor akan terimbas penurunan. Meski pasar sedang melewati periode fluktuatif dengan tren koreksi, tidak berarti tidak ada peluang untuk meraih keuntungan dari berinvestasi saham. .
Ditengah risiko penurunan, tetap terbuka peluang keuntungan, sejalan dengan prinsip high risk high return yang berlaku di pasar saham. Lebih dari itu, prinsip utama yang tetap harus dipegang adalah investasi di pasar modal merupakan investasi jangka panjang. Untuk meminimalkan risiko, strategi umum yang digunakan di tengah fluktuasi pasar dikenal dengan nama strategi kontigensi.
Strategi ini, sesuai namanya, dianggap sebagai solusi menyikapi kondisi perubahan kenaikan atau penurunan harga saham yang sulit diprediksi karena berbagai faktor pemicu. Ada model pendekatan dalam strategi kontigensi menghadapi fluktuasi pasar saham, yaitu average down/up dan follower strategy.
Pendekatan average down biasa digunakan ketika harga satu saham yang dianggap potensial dalam jangka panjang mengalami penurunan dan para investor yakin bahwa sampai pada posisi tertentu saham akan mencapai posisi bottom dan akan kembali naik. Ketika investor meyakini bahwa saham tersebut akan turun untuk kembali menanjak, bisa menerapkan strategi average down.
Pembelian dilakukan secara bertahap mengikuti tren penurunan. Misalnya, perusahaan dengan harga Rp2.500 per saham sedang dalam tren penurunan dengan perkiraan hingga posisi Rp1.500 per saham. Setiap terjadi penurunan, investor mengakumulasi saham yang notabene memiliki kualitas fundamental yang kuat.
Sebelumnya
1 / 2
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bijak Berinvestasi Saham di Tengah Fluktuasi Pasar"
Post a Comment