"Market tablet memang stagnan, tapi ada niche mobility on the go, bertumbuh di segmen premium di harga 8 juta ke atas," tuturnya saat ditemui di konferensi pers Samsung di UOB Plaza, Jakarta Pusat, Kamis (2/8).
Meski demikian Jo tidak menyebutkan secara spesifik angka pertumbuhan pasar tablet premium tersebut. "Pertumbuhannya double digit," ujarnya singkat.
Data tersebut menurutnya berdasarkan data survei GfK dan survei lainnya. Jo juga menambahkan bahwa Samsung tetap dominan di pasar tablet Indonesia.
Vendor asal Korea Selatan ini mendominasi lebih dr 50 persen di segmen tablet diatas Rp 1 juta. Alasan inilah yang membuat Samsung tetap setia mengeluarkan perangkat tablet.
Lebih lanjut, Jo menyebut saat ini yang terjadi di pasar tablet adalah antara orang memilih tablet yang paling murah atau sekaligus memilih perangkat premium.
Perangkat tablet miliknya, menurut Jo ditujukan bagi pengguna usia 24-34 yang disebut Samsung sebagai older millenial yang punya kebutuhan bekerja dengan mobilitas tinggi.
Mode ini bisa diakifkan secara otomatis ketika perangkat terhubung dengan Pogo keyboard. Namun, ketika pengguna hendak kembali ke mode tablet sedikit repot. Sebab, pengguna harus mengembalikan mode tablet lewat setting, tak bisa otomatis.
Ketika disandingkan dengan Galaxy Note yang juga menawarkan SPen, Jo mengibaratkan seri Note sebagai convenience store, sementara Tab S4 seperti supermarket.
Selain itu, SPen pada Tab S4 juga tak bisa dimasukkan ke dalam perangkat seperti Galaxy Note, sehingga rawan hilang. Samsung menyediakan tempat penyimpanan SPen pada aksesoris case miliknya yang dijual terpisah seharga Rp1,6 juta.
Ketika ditanya apakah Samsung sengaja mengoptimalkan sisi produktivitas kerja untuk mendongkrak penjualan produk tabletnya, Jo menyebut bahwa sisi produktivitas makin bisa dioptimalkan setelah adanya Samsung Dex. (age/age)
ARTIKEL TERKAIT
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pertumbuhan Stagnan, Samsung Incar Pasar Tablet Premium"
Post a Comment