KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan pertumbuhan ekonomi kurang menggembirakan dan kenaikan tingkat suku bunga acuan BI ke level 4,50% menjadi dua katalis negatif yang membayangi pasar pada kuartal II-2018.
Padahal, tahun ini digadang-gadang menjadi tahunnya konsumsi. Soalnya, selain ada agenda musiman seperti puasa dan Lebaran, tahun ini juga ada agenda negara seperti perhelatan Asian Games serta berlangsungnya tahun politik pemilihan kepada daerah.
Analis Binaartha Parama Sekuritas Muhammad Nafan Aji menilai, tantangan terbesar bagi pelaku pasar pada tahun ini adalah kondisi permintaan. Selain itu, tahun ini pemerintah juga punya pekerjaan dalam meningkatkan iklim investasi yang lebih kondusif. "Tantangan eksternal juga kuat, pemerintah perlu antisipasi juga," kata Nafan.
Meski menghadapi tantangan daya beli, tak lantas membuat emiten mengerem sejumlah rencana ekspansinya.
PT Buyung Poetra Sembada Tbk (HOKI) misalnya, terus menambah kapasitas produksinya dengan menambah dua basis produksi di Subang dan Sumatera Selatan (Sumsel). Masing-masing penambahan kapasitas produksinya 20 ton per jam dan 40 ton per jam.
Investor Relations HOKI Dion Surijata mengatakan untuk melangsungkan ekspansi itu HOKI mempersiapkan belanja modal sebesar Rp 100 miliar.
"Sumber dana dari internal dan perbankan, namun porsinya belum ditentukan dan lebih prefer dari dana internal karena untuk pembangunan tidak keluar sekaligus besar," papar Dion, Minggu (20/5).
Emiten produsen beras ini menargetkan pabrik di Subang akan selesai pada kuartal III-2018, sementara pabrik yang berlokasi di Sumsel akan ditargetkan selesai di akhir tahun depan.
Dengan penambahan kapasitas tersebut, HOKI berharap laba bersih perusahaan dapat tumbuh sebesar 20% dari tahun lalu yang hanya sebesar Rp 45 miliar. Sementara, target penjualan dipatok naik dari Rp 1,2 triliun menjadi Rp 1,4 triliun di tahun ini.
Nafan bilang, permintaan beras terus meningkat meskipun pemerintah membatasi harga penjualan beras dengan HET. "Pembatasan itu memang dapat menghambat perusahaan untuk dapat profit gain lebih tinggi," ujar Nafan.
Di sisi lain, dia bilang pembatasan itu juga bertujuan positif untuk mendukung daya beli konsumen. Terlebih, tahun ini ada sejumlah agenda yang dapat mengerek tingkat konsumsi, seperti puasa dan Lebaran.
Namun, tak semua emiten mampu melanggengkan rencana ekspansinya di tahun ini. Ada PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) yang membatalkan niatnya mengakusisi Madina Cement Industries Ltd, perusahaan semen di Bangladesh.
Di tengah sentimen pasar yang kurang kondusif, industri semen juga tengah menghadapi tantangan sendiri yaitu kelebihan pasokan dan kenaikan harga batubara.
Kelebihan pasokan ini terus menggerus volume penjualan SMGR. Pendapatannya turun secara kuartalan sebesar 8,8%.
Begitu juga dengan laba bersih SMGR turun 45% pada laporan kuartal I-2018 menjadi Rp 411,6 miliar dari laba bersih di kuartal yang sama tahun lalu Rp 746,5 miliar.
Selain itu, naiknya harga batubara, membuat cost of revenue Semen Indonesia saat ini cukup besar, mencapai Rp 4,9 triliun dari sebelumnya Rp 4,5 triliun.
Nafan menyebut, SMGR harus mampu melakukan rencana strategi bisnis dengan mitra baru. "Jika SMGR mampu menghasilkan MOU dengan partner agar menggunakan produk SMGR, hal ini akan memberikan sentimen positif di tengah terjadinya over supply," ujar Nafan.
Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
EMITEN
Baca Lagi Dah https://investasi.kontan.co.id/news/meski-pasar-belum-kondusif-emiten-tetap-ekspansiBagikan Berita Ini
0 Response to "Meski pasar belum kondusif, emiten tetap ekspansi"
Post a Comment