JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) menilai stabilitas sektor jasa keuangan dan kondisi likuiditas di pasar keuangan Indonesia masih dalam kondisi terjaga.
Deputi Komisioner Manajemen Strategis dan Logistik OJK Anto Prabowo mengatakan, tekanan yang terjadi di pasar keuangan saat ini lebih dipicu oleh sentimen global terkait normalisasi kebijakan moneter di Amerika Serikat (AS).
"Normalisasi ini diperkirakan lebih agresif dan kemudian direspon dengan kenaikan imbal hasil di pasar surat utang AS," kata Anto dalam keterangan tertulisnya, Rabu (23/5/2018).
Imbasnya lanjut Anto, Yield UST 10 tahun sempat mencapai 3,11 persen yang merupakan level tertinggi sejak 2011.
Baca juga: DPR Minta OJK Investigasi Penyebab Bobroknya Keuangan AJB Bumiputera 1912
Hal itu kemudian mendorong investor untuk melakukan portfolio rebalancing khususnya dengan melakukan penyesuaian investasi di emerging markets, termasuk Indonesia.
Sejalan dengan perkembangan tersebut, investor non residen melakukan penjualan portifolionya, baik di pasar saham maupun pasar surat utang negara.
Di sisi lain, seiring dengan tren penurunan indeks saham di beberapa emerging markets, IHSG pada akhir April 2018 ditutup terkoreksi menjadi 5.994,6.
Sementara di pasar SBN, yield SBN tenor jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing naik sebesar 42,2 bps, 28,7 bps, dan 14,2 bps atau pada Maret 2018 rata-rata meningkat 5 bps.
"Di sisi intermediasi, sampai dengan April 2018, kinerja sektor jasa keuangan masih tumbuh positif. Kredit perbankan dan piutang pembiayaan tumbuh masing-masing sebesar 8,94 persen yoy dan 6,36 persen yoy," tutur Anto
Sementara itu, lanjut Anto, Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan tumbuh sebesar 8,06 persen yoy. Untuk premi asuransi jiwa dan asuransi umum/reasuransi tumbuh tinggi masing-masing sebesar 38,44 persen yoy dan 18,61 persen yoy.
Selain itu, penghimpunan dana di pasar modal tercatat telah mencapai Rp 49,6 triliun, lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang hanya ebesar Rp 45,1 triliun, dengan tambahan 10 emiten baru.
Untuk total dana kelolaan investasi meningkat dan per April 2018 telah mencapai Rp739,71 triliun.
"Dari sisi risiko, OJK memandang risiko kredit dan risiko pasar masih dalam level yang manageable. Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan tercatat sebesar 2,79 persen dan rasio Non-Performing Financing (NPF) perusahaan pembiayaan tercatat sebesar 3,01 persen," ungkap Anto.
Sementara itu, permodalan LJK masih juga disebut Anto masih sangat memadai, dengan CAR perbankan sebesar 22,38 persen serta RBC asuransi umum dan asuransi jiwa masing-masing sebesar 310 persen dan 454 persen.
Dengan faktor-faktor tersebut, OJK menilai, sektor jasa keuangan masih dalam kondisi yang cukup memadai guna memitigasi dampak turutan dari dinamika pasar keuangan global.
"Ke depan, OJK akan terus mencermati perkembangan perekonomian global dan faktor-faktor risiko yang menyertai, seperti kenaikan suku bunga dan perkembangan negosiasi dagang AS-Tiongkok, serta pengaruhnya terhadap kinerja sektor jasa keuangan nasional," pungkas Anto.
Baca Lagi Dah https://ekonomi.kompas.com/read/2018/05/23/214000426/ojk-nilai-stabilitas-jasa-keuangan-dan-likuiditas-pasar-masih-terjaga
Bagikan Berita Ini
0 Response to "OJK Nilai Stabilitas Jasa Keuangan dan Likuiditas Pasar Masih ..."
Post a Comment