KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selama tiga bulan terakhir, pasar saham domestik bergerak melemah. Tren ini sejalan dengan minat investor menghimpun pendanaan dari pasar modal.
Mengacu data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per 20 April 2018, hanya tiga emiten yang menggelar penawaran umum terbatas (rights issue) dengan nilai Rp 851,04 miliar. Di periode sama tahun lalu, nilai total emisi rights issue mencapai Rp 9,49 triliun.
Namun, pasar saham perdana pada tahun ini lebih ramai dibandingkan setahun lalu. Hingga 14 Mei 2018, nilai emisi initial public offering (IPO) mencapai Rp 3,93 triliun. Adapun nilai emisi IPO setahun lalu senilai Rp 719,68 miliar.
Kepala Riset Narada Kapital Indonesia Kiswoyo Adi Joe berpendapat, pasar yang kurang kondusif menjadi pertimbangan emiten untuk menggalang dana. Maklumlah, IHSG masih dalam tren pelemahan beberapa minggu terakhir. "Saat IHSG turun, jika tetap IPO atau rights issue cukup berat karena tidak terserap, maka sebaiknya ditunda saat IHSG bullish," ujar Kiswoyo.
Apalagi, beberapa perusahaan yang IPO tahun ini sempat menurunkan target dana. Kiswoyo pun menilai, momentum terbaik untuk menggalang dana lewat IPO maupun rights issue adalah saat IHSG di kisaran 6.250 hingga 6.500.
Analis Artha Sekuritas, Juan Harahap menyatakan saat pasar tak kondusif. Dus, investor lebih selektif memilih investasi.
Hal senada disampaikan pengamat pasar modal Teguh Hidayat. Pasar yang tak kondusif menghambat IPO maupun rights issue. "IHSG saat ini masih stagnan, sejak lima tahun terakhir, agak susah kalau mau jualan saham IPO," ungkap dia.
Teguh mencatat, sejak 2013, tak ada IPO yang mampu menyerap dana dalam jumlah besar. "Tidak ada IPO yang bisa menggalang dana hingga Rp 11 triliun seperti ADRO pada 2007. Saat itu ekonomi dan pasar bagus, sehingga IPO sangat diminati," tutur dia. Saat ini tren IPO lebih mengarah pada kuantitas emiten ketimbang nilai dananya.
Sementara, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia Anil Kumar menyebut, minat emiten masih cukup tinggi untuk menerbitkan obligasi di tahun ini. "Obligasi diminati karena bunganya lebih rendah daripada emiten harus pinjam dana ke bank," kata dia.
Namun, Anil memprediksi imbal hasil obligasi korporasi masih cenderung flat hingga akhir tahun ini. Selain itu, penerbitan obligasi korporasi masih dibayangi sentimen yang juga mempengaruhi obligasi pemerintah. Faktor eksternal yang menekan rupiah membuat pasar kurang meminati obligasi. "Pasar punya kemampuan menyerap obligasi, hanya saja kemauan ada atau tidak, saat ini minat pasar pada obligasi pemerintah memudar dan berdampak ke obligasi korporasi," kata Anil.
Editor: Herlina Kartika
BURSA EFEK / BURSA SAHAM
Baca Lagi Dah https://investasi.kontan.co.id/news/tiga-bulan-terakhir-daya-serap-pasar-modal-melemahBagikan Berita Ini
0 Response to "Tiga bulan terakhir, daya serap pasar modal melemah"
Post a Comment