JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bahana TCW Investment Management menilai pasar modal Indonesia akan lebih kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Hal ini salah satunya disebabkan kondisi ekonomi AS yang menunjukkan perbaikan sejak sebelum kepemimpinan Presiden Donald Trump.
Budi Hikmat, Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi Bahana menyatakan, Trump kemudian membuat kebijakan pemotongan pajak (tax cut) yang regresif. Sehingga, berpotensi memperburuk ketimpangan ekonomi di negeri Paman Sam.
Dengan pemotongan pajak, sumber penghasilan negara akan berkurang. Sementara negara juga memiliki rencana untuk pembangunan infrastruktur yang memakan biaya yang cukup besar. Oleh sebab itu, Pemerintah AS diduga akan meminjam utang dalam jumlah besar.
“Pemulihan ekonomi di AS akan memicu risiko inflasi AS yang lebih tinggi dari 1,8 persen menjadi 2,1 persen pada akhir tahun. Hal ini akan mendorong kenaikanyield US Treasury yang menjadi acuan dari bond negara lainnya," kata Budi dalam pernyataan resmi, Senin (5/3/2018).
Baca juga : Rupiah Diprediksi Masih Tertekan Efek Data Ekonomi AS
Bahana melihat aksi repricing telah membuat kenaikan imbal hasil surat utang negara (SUN) Indonesia, namun kondisi ini sebenarnya bisa dimanfaatkan investor untuk mulai mengatur ulang portofolio mereka.
Adapun, potensi dari risiko repricing juga diproyeksi akan terjadi pada pasar modal Indonesia. Akan tetapi, Bahana optimis kondisi pasar modal Indonesia akan tetap positif dalam menghadapi dinamika perubahan pasar global.
"Motor penggerak pasar modal Indonesia lebih banyak. Dari sisi internal, Indonesia memiliki bonus demografi penduduk berusia muda dan urbanisasi. Sementara dari sisi eksternal, harga komoditas dari sektor energi, termasuk batubara dan pertambangan mineral lainnya mengalami pemulihan," ungkap Budi.
Tak hanya itu, berbagai sentimen internal yang mewarnai pada tahun ini akan menjadi nilai positif bagi pasar modal Indonesia. Misalnya, kondisi tahun politik yang diwarnai dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di banyak wilayah di Indonesia akan mendorong belanja konsumsi masyarakat.
Hal ini menjadi stimulus positif bagi beberapa sektor seperti sektor konsumsi dan media. Kemunculan bisnis digital seperti e-commerce juga akan meningkatkan ekonomi usaha kecil dan menengah (UKM), sektor bank, dan telekomunikasi. Pembangunan infrastruktur pemerintah juga akan menambah nilai bagi sektor properti.
Kondisi tersebut membuat Bahana yakin pasar modal Indonesia akan lebih kuat dalam menghadapi dinamika ekonomi global. Adapun, potensial kenaikan pada kondisi obligasi Indonesia tak akan cukup besar, namun kenaikan yield obligasi bisa menjadi kesempatan bagi investor lokal sebagai penyeimbang aset.
Bank Indonesia menilai pelemahan nilai rupiah saat ini lebih didorong oleh faktor eksternal dibanding dalam negeri.
Baca Lagi Dah http://ekonomi.kompas.com/read/2018/03/05/130000026/bahana--pasar-modal-indonesia-kuat-hadapi-dinamika-ekonomi-global
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bahana: Pasar Modal Indonesia Kuat Hadapi Dinamika Ekonomi ..."
Post a Comment