BANDUNG - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso menyatakan, pelemahan nilai tukar Rupiah hanya temporer atau bersifat sementara. Tercatat, Rupiah sempat menyentuh level terendahnya Rp13.800 per USD. Namun, kembali lagi ke level Rp13.700an per USD.
"Ini kan temporer (pelemahan Rupiah)," tegas Wimboh saat Diskusi dan Gathering Redaktur Media Massa di Hotel Hilton, Bandung, Sabtu (3/3/2018).
Wimboh menjelaskan, pelemahan Rupiah ini sama seperti tahun 2013, yang di mana disebabkan oleh kebijakan moneter bank sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed). "Rencana The Fed naikkan suku bunga, padahal itu naiknya 1 tahun kemudian. Jadi heboh, market ini jangan kena pancing," sambungnya.
Wimboh menambahkan, setelah The Fed menaikkan suku bunganya, market kembali mereda. Hal ini dikarenakan pelaku pasar salah mengintepresentasikan rencana kenaikan fed fund rate.
"Enggak mungkin kenaikan dilakukan menandakan. Akhirnya smooth. Pasar itu butuh waktu untuk adjust. Bisa naikin tapi jangan mendadak. Itu kemarin temporer saja. Meskipun akan naikin, tapi gejolak seluruh dunia," paparnya.
Menurut dia, di Indonesia sendiri efek dari kenaikan fed fund rate, lanjut Wimboh mengatakan, sudah terlatih sejak 2013. Dengan demikian, jika kebijakan Ketua The Fed Jerome Powell menaikkan fed fund rate, maka ekonomi Indonesia tetap membaik
"Kita enggak terpengaruh, karena ekspor naik. Kinerja ekonomi baik, sehingga 2018 pertumbuhan ekonomi akan membaik. Karena ekspor membaik dan negara lain juga," katanya.
Sebelumnya, Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell mengatakan kepada para anggota parlemen AS bahwa bank sentral akan terus menaikkan suku bunga. Pejabat-pejabat Fed memperkirakan tiga kenaikan suku bunga tahun ini, karena momentum kuat dalam ekspansi ekonomi, menurut Laporan Kebijakan Moneter setengah tahunan kepada Kongres yang dikeluarkan oleh The Fed pekan lalu.
Powell mengatakan kepada anggota-anggota parlemen dalam kesaksian kebijakan moneter pertamanya bahwa pengurangan secara bertahap kebijakan moneter akomodatif akan menopang pasar tenaga kerja yang kuat sambil mendorong kembalinya inflasi menjadi 2%.
Lapangan pekerjaan bulanan rata-rata meningkat 179.000 dari Juli sampai Desember 2017, dan kenaikan gaji (payrolls) bertambah 20.000 di Januari, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja AS.
Dengan latar belakang pertumbuhan yang solid dan pasar tenaga kerja yang kuat, inflasi telah menjadi rendah dan stabil. Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), indeks inflasi yang disukai oleh The Fed, meningkat 1,7% dalam 12 bulan yang berakhir pada Desember.
Menurut risalah pertemuan kebijakan Fed pada 30 dan 31 Januari, pejabat-pejabat Fed telah menjadi lebih percaya tentang prospek pertumbuhan dan inflasi. The Fed diperkirakan akan menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya tahun ini di pertemuan kebijakan berikutnya pada Maret. (gir)
(rhs)
Baca Lagi Dah https://economy.okezone.com/read/2018/03/03/320/1867474/rupiah-tembus-rp13-800-usd-bos-ojk-minta-pasar-tak-terpancingBagikan Berita Ini
0 Response to "Rupiah Tembus Rp13.800/USD, Bos OJK Minta Pasar Tak Terpancing"
Post a Comment