Berdasarkan kurs refernsi Bank Indonesia (Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor), rupiah berada di angka Rp14.331 per dolar AS hari ini.
Muhammad Nafan Aji, Analis Binaartha Sekuritas mengatakan rupiah berbalik arah karena sentimen positif dari Bank Indonesia (BI) yang menaikan bunga acuan sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5,25 persen pada akhir pekan lalu, sudah habis.
Sedangkan sentimen pada hari ini, yaitu rilis data inflasi dari Badan Pusat Statistik (BPS) justru tak mampu menggerakkan rupiah. Inflasi Juni 2018 tercatat sebesar 0,59 persen secara bulanan. Sementara secara tahun berjalan sebesar 1,9 persen dan secara tahunan sebesar 3,12 persen.
"Ternyata inflasi ini tak sesuai dengan ekspektasi pasar, yang memperkirakan lebih rendah, sehingga memberi efek pada penguatan rupiah yang terhambat," ujarnya kepada CNNIndonesia.com.
Sementara tekanan dari eksternal terhadap rupiah jauh lebih besar. Hal ini karena dolar AS berhasil menguat dari seluruh mata uang utama di dunia. Bahkan, dolar AS juga menguat pada kurs referensi sejumlah komoditas.
Dolar AS terpantau menguat 0,54 persen dari dolar Australia, 0,49 persen dari rubel Rusia, 0,38 persen dari poundsterling Inggris, 0,37 persen dari euro Eropa, 0,28 persen dari dolar Kanada, dan 0,2 persen dari franc Swiss.
Di kawasan Asia, mata uang Negeri Paman Sam menguat 0,57 persen dari renmimbi China, 0,48 persen dari won Korea Selatan, 0,37 persen dari dolar Singapura, 0,33 persen dari rupee India.
Lalu, turut menguat 0,29 persen dari baht Thailand, 0,03 persen dari peso Filipina, 0,02 persen dari yen Jepang, dan 0,02 persen dari ringgit Malaysia.
Nafan melihat pergerakan rupiah ke depan masih akan terus tertahan di zona pelemahan karena minimnya sentimen positif. Justru, dengan nilai tukar rupiah yang sudah sempat menyentuh Rp14.400 per dolar AS, maka kemungkinan rupiah bisa menembus Rp14.450-14.600 per dolar AS ke depan.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Inflasi Lebihi Ekspektasi Pasar, Rupiah Ditutup Rp14.386"
Post a Comment