GUNUNGKIDUL – Para pedagang Pasar Ngawu sejak Selasa (1/5) mulai menempati pasar darurat. Itu seiring dengan renovasi bangunan pasar lama. Sayang, bangunan pasar darurat yang terletak di Lapangan Serbaguna Playen tersebut tidak begitu representatif. Itu terlihat dari minimnya sarana prasarana (sarpras). Seperti saluran pembuangan limbah.
”Saluran air juga minim,” keluh Kepala Desa Playen Surahno disela pemindahan pedagang pasar kemarin.
Kendati begitu, Surahno berdalih pemindahan pedagang ini sangat mendesak. Itu lantaran bangunan pasar lama bakal direnovasi. Sebagaimana diketahui, renovasi pasar dilakukan lantaran bangunan lama tak mampu menampung para pedagang baru. Tidak sedikit pedagang yang belum terakomodasi berjualan di pasar. Mencapai seribu pedagang.
”Semoga mereka dapat tempat,” harapnya.
Pemindahan pedagang kemarin ditandai dengan jalan kaki. Seluruh pedagang berjalan kaki menuju pasar darurat. Dalam prosesi yang digelar dengan tradisi Jawa, pengelola juga menanam tanah yang diambil dari pasar lama di pasar darurat. Itu dengan harapan agar pasar darurat juga berkembang.
Terkait minimnya sarpras, Surahno meminta para pedagang tak perlu mengkhawatirkannya. Pemerintah desa (pemdes) bakal turun tangan. Pemdes berencana membangun titik resapan limbah di sebelah selatan lapangan. Begitu pula dengan problem saluran air.
”Bakal ditangani secara bertahap,” ucapnya.
Ditegaskan, pemdes tak setengah hati ikut menuntaskan berbagai problem di pasar darurat. Sebab, pemdes berharap pasar darurat ke depan menjadi embrio pusat perbelanjaan tradisional baru di wilayah Playen. Menyusul lokasinya yang sangat strategis.
”Aktivitas tetap berjalan, meski para pedagang nanti berpindah ke Pasar Ngawu baru,” harapnya.
Hal senada disampaikan seorang pembeli di pasar darurat, Yatini. Dia khawatir hujan deras bakal mengganggu aktivitas jual beli. Apalagi, jalan masuk menuju ke pasar bergelombang.
”Semoga segera dilengkapi sarpras-nya supaya nyaman,” ujarnya.
Kepala Bidang Pasar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Gunungkidul Ari Setiawan tak menyanggah sarpras di pasar darurat masih minim. Sebab, kebutuhan anggaran untuk pembangunan lapak dan fasilitas lain di pasar darurat menelan anggaran cukup lumayan. Sekitar Rp 200 juta. Kendati begitu, Ari berjanji bakal mengalokasikan anggaran pembangunan sarpras.
”Di APBD Perubahan,” janjinya.
Menurutnya, renovasi pasar lama menelan anggaran sekitar Rp 6 miliar. Namun, proyek renovasi ini dijadwalkan berjalan selama dua tahun. Tahun pertama dikucurkan anggaran Rp 2,5 miliar.
”Anggarannya dari DAK (dana alokasi khusus) dan APBD,” sebutnya.
Ketika disinggung mengenai harapan pemdes, Ari enggan berkomentar. Dia beralasan kebijakan mengenai status pasar darurat berpotensi menjadi pusat perbelanjaan tradisional baru otoritas bupati. (gun/zam/mg1)
Baca Lagi Dah https://www.radarjogja.co.id/pasar-darurat-tak-representatif/Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar Darurat Tak Representatif"
Post a Comment