Beberapa pemimpin pergerakan seperti Chairul Saleh, Adam Malik, juga Soekarno dan Mohammad Hatta, sering menggelar pertemuan di kawasan Pasar Senen. (wikimedia.org)
Dari lapak kecil, Djohan akhirnya berhasil menyewa toko di pasar tersebut. Lambat laun, usahanya makin berkembang dan terus menghasilkan keuntungan. Akhirnya, dia pun berhasil membeli beberapa petak toko untuk usaha perdagangannya. Usahanya terus meningkat dan dirinya pun semakin ternama di daerah tersebut.
"Setelah Djohan sukses, dia mengajak saudaranya Djohor untuk membantu bisnis perdagangnnya di Pasar Senen," lanjut Suryadi.
Djohan dan Djohor pun berkolaborasi membangun bisnis hingga nama usaha mereka pun dipadukan menjadi "Handelsvereeniging Djohan-Djohor” (Perusahaan Dagang Djohan-Djohor).
Bisnisnya semakin menggurita. Usaha perdagangannya terus menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan.
Setelah mengajak Djohor, Djohan pun akhirnya mengajak Ajoeb Rais, pengusaha Minang lainnya, untuk berkolaborasi dan bermitra.
Perusahaan mereka pun akhirnya terus berkembang dan memiliki sejumlah cabang di berbagai daerah, seperti di Pekalongan, Semarang, Surabaya, Bandung, dan Medan.
Dalam catatan majalah Panji Pustaka, ketiga orang Minang ini menjadi kompetitor bagi pengusaha Arab dan China yang terlebih dahulu memulai usahanya di kawasan tersebut.
"Semendjak itoe keadaan di Pasar Senen jadi beroebah benar. Dahoeloe jang ada disana hanja toko orang Tionghoa semata-mata, tetapi semendjak toko Djohan-Djohor berdiri, toko-toko orang Boemipoetera jang lain didirikan poela. Dan sekarang toko-toko kain orang Boemipoetera soedah sebanding banjaknja dengan toko-toko orang Tionghoa," tulis Pandji Poestaka, No. 91, Thn XV, 12 November 1937.
Simak video pilihan berikut ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kisah Trio Minang Menaklukkan Pasar Senen"
Post a Comment