Search

Nilai pasar emiten besar berguguran

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga saham emiten besar berguguran. Alhasil, nilai pasar Bursa Efek Indonesia (BEI) rontok. Sejak awal tahun ini hingga Jumat lalu atau year to date  (ytd), nilai total kapitalisasi pasar emiten di BEI merosot Rp 524,23 triliun menjadi Rp 6.471,72 triliun. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 8,86% (ytd) menjadi 5.792,35.

Emiten keping biru (bluechip) menjadi pemberat bursa lokal. Nilai kapitalisasi HMSP, misalnya, turun sebesar Rp 168,66 triliun dari semula Rp 550,18 triliun menjadi Rp 381,52 triliun. Emiten ini mengalami penyusutan terbesar di antara 10 emiten kapitalisasi pasar besar di BEI.

Dari 10 emiten tersebut, hanya BBCA yang mencatatkan pertumbuhan kapitalisasi pasar, yakni sebesar Rp 3 triliun menjadi 543 triliun. Ini sekaligus menempatkan BBCA di urutan pertama daftar emiten saham dengan kapitalisasi pasar terbesar di BEI. Adapun nilai pasar sembilan emiten lainnya, termasuk HMSP, merosot.

Vice President Research Artha Sekuritas Frederik Rasali menilai, kapitalisasi pasar HMSP turun lantaran ada isu cukai. Dengan 70% produksinya menggunakan mesin linting, sementara emiten rokok lain, seperti GGRM, lebih banyak menggunakan tenaga manusia (padat karya), peningkatan cukai ini tidak menguntungkan HMSP karena cukainya lebih banyak ke mesin. "Outlook HMSP tidak begitu bagus," kata Frederik kepada KONTAN, akhir pekan lalu.

Di luar itu, ada penyebab lain mengapa saham HMSP tergerus dan saham perbankan seperti BBCA dan BBRI naik peringkat. Frederik mengemukakan, jumlah rokok yang terjual tidak menggambarkan ekonomi Indonesia, sementara sistem perbankan bisa memberi gambaran. Sebab, perbankan memberi dampak ke seluruh industri, sehingga akan selalu berada di top 10.

Namun Frederik menilai efek saham perbankan ke pergerakan bursa tidak akan terlalu besar di jangka pendek. Memang, kala ekonomi meningkat, perbankan memiliki taring. Tapi lantaran saat ini suku bunga berpotensi naik, di saat yang sama lending rate tak langsung mengikuti, akan ada periode net interest margin (NIM) perbankan tergencet. "Saya melihat pertambangan atau perbankan bisa jadi driver, tapi pertumbuhan sektor perbankan tidak langsung saat ini," ujar Frederik.

Dia melihat BBCA dan BBRI identik dengan ekonomi Indonesia. Jadi, investor percaya jika ekonomi Indonesia membaik, maka dua saham ini jadi pilihan investor asing. Kinerja BBCA dan BBRI juga cenderung meningkat.

Analis Paramitha Alfa Sekuritas William Siregar juga menilai BBCA dan BBRI berpeluang menjadi driver bursa di masa mendatang. Sebab mereka tetap stabil di posisi tiga besar sebagai emiten dengan market cap terbesar. Apalagi, penetrasi kredit di masa depan masih menjanjikan. "Sekitar 250 juta orang Indonesia belum memiliki rekening bank dan kartu kredit," ujar William.

Emiten seperti HMSP, ASII, TLKM dan UNVR akan tetap bertahan dalam posisi 10 besar, namun pertumbuhannya cenderung melambat dibandingkan emiten perbankan.

Untuk UNVR, misalnya. Meski produknya masih banyak dipakai masyarakat, tetap saja mereka akan menghadapi kendala karena pesaing semakin banyak.           

 


Reporter: Agung Jatmiko, Krisantus de Rosari Binsasi
Editor: Wahyu Rahmawati

EMITEN

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://investasi.kontan.co.id/news/nilai-pasar-emiten-besar-berguguran

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Nilai pasar emiten besar berguguran"

Post a Comment

Powered by Blogger.