Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI) pada hari ini (19/4), kapitalisasi pasar BCA mencapai Rp564 triliun, disusul oleh PT HM Sampoerna Tbk sebesar Rp484 triliun, dan BRI sebesar Rp443 triliun.
Andreas Eddy Susetyo, Anggota Komisi XI DPR dari Fraksi PDI Perjuangan melihat, kapitalisasi BRI seharusnya bisa ditingkatkan. Pasalnya, BRI selama ini selalu mencatatkan laba terbesar di industri perbankan.
Pada akhir tahun lalu, laba BRI mencapai Rp29,04 triliun, tumbuh 10,7 persen dibanding 2016 sebesar Rp25,8 triliun. Tahun ini, bank pelat merah itu kembali menargetkan pertumbuhan laba mencapai dua angka.
"BRI margin labanya besar dibandingkan bank lain, tapi kenapa market cap masih kalah dari bank swasta, dari BCA?" Sayang loh. Kenapa tidak BRI yang di depan, yang market cap-nya besar," ujar Andreas saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan jajaran direksi BRI, Kamis (19/4).
Selain laba, menurut Andreas, BRI memiliki modal berupa aset dan permodalan yang kuat guna menggeser posisi BCA. Tercatat, aset tumbuh 12,2 persen dari Rp1.003,6 triliun menjadi Rp1.126 triliun. Sementara itu, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 22,9 persen.
Kemudian, rasio besarnya volume kredit yang disalurkan dengan jumlah penerimaan dana dari berbagai sumber (Loan to Deposit Ratio/LDR) sebesar 87,8 persen hingga akhir 2017. Bisnis BRI juga didominasi oleh sektor mikro, yang kini paling berkembang di Indonesia.
"Padahal size-nya besar, mainnya di sektor paling berkembang di Indonesia, yaitu sektor mikro. Jadi seharusnya market cap ini bisa ditingkatkan," imbuhnya.
Untuk itu, Andreas meminta BRI mampu membedah lebih dalam mengenai kendala apa saja yang masih dialami bank sehingga market cap-nya masih tertinggal dari BCA.
"Karena mungkin hanya karena satu atau dua faktor yang sebenarnya bisa dibenahi. Makanya ayo sama-sama diskusi juga dengan kami," terangnya.
Menanggapi hal itu, Direktur Utama BRI Suprajarto mengungkapkan bahwa market cap bank yang dipimpinnya masih tertinggal dari BCA di Indonesia lantaran persepsi pasar dan investor yang turut menentukan.
"Market cap ini sebenarnya tergantung pada ekspektasi pasar dan investor karena kapitalisasi pasar juga terbentuk karena dua hal itu," kata Suprajarto pada kesempatan yang sama.
Selain itu, menurutnya, perkembangan portofolio kualitas dan kuantitas penyaluran kredit tentu juga jadi pertimbangkan. Dalam hal ini, ia mengakui kualitas atau rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) gross BRI lebih tinggi ketimbang BCA.
Tercatat, NPL gross BRI mencapai 2,23 persen pada 2017. Sementara NPL gross BCA hanya sekitar 1,5 persen. "BCA mungkin lebih mudah untuk right off kredit bermasalah, itu akan mudah untuk memperbaiki portofolio kreditnya. Tapi kalau di kami tidak bisa semudah itu, karena harus pertimbangkan debitur ke depan," pungkasnya.
Kendati tertinggal berdasarkan kapitalisasi pasar, BRI menempati posisi keempat dalam pemeringkatan Asean Most Valueable Bank 2018. BRI hanya kalah dari tiga bank asal Singapura, yaitu DBS, Bank OCBC, dan UOB. (agi)
Baca Lagi Dah https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20180419181527-78-292080/dpr-minta-bri-geser-bca-rajai-kapitalisasi-pasar-modal-riBagikan Berita Ini
0 Response to "DPR Minta BRI Geser BCA 'Rajai' Kapitalisasi Pasar Modal RI"
Post a Comment