KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ada anomali yang terjadi di bursa saham domestik. Secara historikal, Maret sejatinya adalah bulan yang bagus bagi investor saham. Sebab, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hampir selalu menguat di bulan ketiga tersebut. Selama 10 tahun terakhir, IHSG tidak pernah mencatatkan penurunan tajam di bulan Maret, kecuali tahun ini.
Tapi tahun ini berbeda. IHSG justru anjlok 6,19% sepanjang Maret 2018. Aksi jual yang kerap terjadi pada Mei tampaknya berpindah ke Maret. Seolah ungkapan sell in May kini berubah menjadi sell in March.
Analis Paramitra Alfa Sekuritas William Siregar menilai, koreksi tajam IHSG lebih banyak dipicu faktor global. Ada sejumlah sentimen negatif eksternal antara lain kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) dan ancaman perang dagang yang dipicu kebijakan proteksionisme Amerika Serikat.
Menurut dia, investor masih menunggu waktu yang tepat untuk masuk ke pasar. "Karena tidak ada katalis eksternal maupun domestik yang mampu membangkitkan kepercayaan diri investor," ungkap William.
Pembagian dividen
Di awal April ini, William melihat IHSG berpotensi cenderung menanjak karena sejumlah sentimen. Misalnya, pengumuman inflasi Maret dan sentimen pembagian dividen oleh para emiten di Bursa Efek Indonesia.
Kebijakan pemerintah yang dipublikasi belakangan ini juga bisa mendorong IHSG naik. Misal, pemerintah menyebut perusahaan asing yang berinvestasi di Indonesia dengan membangun pabrik atau kilang akan mendapatkan insentif pajak dalam jangka waktu tertentu, sesuai dengan nilai investasinya.
William menilai kebijakan ini mampu mengangkat IHSG. "Kemudahan bagi investasi asing akan memberikan keberanian bagi investor untuk kembali masuk bursa saham," kata dia.
Peristiwa yang bakal menggairahkan pasar mungkin baru terjadi pada Mei nanti. Ada sejumlah faktor yang berpotensi mendongkrak daya beli masyarakat. Misalnya, momentum bulan puasa dan semakin dekatnya penyelenggaraan Asian Games. Dua peristiwa ini bisa mengangkat daya beli masyarakat dan akhirnya menggerakkan bursa saham.
Di April ini, menurut William, ada potensi indeks saham menguat. Namun penguatan IHSG masih terbatas. Dia memasang target support IHSG di level 6.169 dan resistance di level 6.219. Hingga kini, William belum mengubah target IHSG di 6.700 hingga akhir 2018.
Tapi Analis Semesta Indovest Sekuritas Aditya Perdana Putra punya pendapat beda. Ia memprediksi indeks saham berpotensi melemah ke bawah level 6.000. Ini merupakan pelemahan lanjutan IHSG. Level support IHSG berada di rentang 5.950 dengan resistance 6.250-6.300.
Meski begitu, Aditya berpendapat, pada bulan ini tidak akan ada sentimen dari global seperti rapat The Fed. Dari pasar global, IHSG mungkin lebih banyak dipengaruhi rilis data AS yang bisa dijadikan asumsi, seperti jobless claim. Data ekonomi AS ini akan digunakan sebagai dasar pembahasan dalam rapat The Fed pada Mei nanti.
Karena itu, Aditya melihat di bulan April investor asing masih menahan diri dulu untuk masuk ke pasar Indonesia. Memang, ada aksi beli asing di akhir Maret, namun hal itu lebih dikarenakan adanya window dressing.
Bagi investor dengan horizon jangka panjang, Aditya menyarankan bisa mencermati saham blue chips yang harganya sudah terbilang murah, seperti TLKM, ASII dan KLBF. "Investor bisa speculative buy sambil menunggu data ekonomi Indonesia, seperti daya beli, penjualan mobil dan indeks kepuasan konsumen," ujar Aditya.
Editor: Wahyu Rahmawati
IHSG
Baca Lagi Dah https://investasi.kontan.co.id/news/setelah-jeblok-pasar-bisa-membaik-di-aprilBagikan Berita Ini
0 Response to "Setelah jeblok, pasar bisa membaik di April"
Post a Comment