Search

BI Naikkan Bunga Acuan, Pasar Obligasi Ditutup Menguat

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada penutupan pasar hari ini, semakin meningkat dibandingkan penguatan pada sore tadi pasca pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia.

Penguatan itu mencerminkan pelaku pasar mengapresiasi langkah bank sentral dalam mengimbangi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat tadi malam. 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan paling menguat adalah seri 10 tahun, yang mengalami penurunan yield hingga 3 basis poin (bps) menjadi 3,2%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.

Seri acuan lain juga menguat, yaitu 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun dengan penuruan yield masing-masing 2 bps menjadi 8,19%, 8,39%, dan 8,65%. 

Penguatan disebabkan oleh positifnya pelaku pasar setelah Bank Indonesia merespon kenaikan suku bunga Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan suku bunga acuan 7DRRR sebesar 25 bps menjadi 5,5% tadi siang.

 Yield Obligasi Negara Acuan 27 Sep 2018

Seri Benchmark Yield 26 Sep 2018 (%) Yield 27 Sep 2018 (%) Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun 8.225 8.197 -2.80
FR0064 10 tahun 8.241 8.208 -3.30
FR0065 15 tahun 8.413 8.393 -2.00
FR0075 20 tahun 8.687 8.658 -2.90
Avg movement -2.75
Sumber: Reuters 

Penguatan pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh kenaikan indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).

Indek tersebut naik 0,56 poin (0,25%) menjadi 228,56 dari posisi kemarin 228. 

Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 520 bps, tertinggi sejak 18 September 2018.

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,04% menyikapi kenaikan suku bunga AS semalam. 

Spread yang melebar, seharusnya dapat membuat investor global menilai perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 844,47 triliun SBN rupiah, berporsi 36,93% dari total beredar Rp 2.286 triliun per 26 September 2018.

Angka itu sudah naik Rp 11,32 triliun dari posisi akhir Agustus, ketika persentasenya berada pada 37,64%. 

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik signifikan 0,95% menjadi 5.929 hingga penutupan tadi sore. 

Di sisi lain, nilai tukar rupiah justru melemah 0,08% menjadi Rp 14.912 di hadapan setiap dolar AS, seiring dengan posisi Dollar Index yang menguat 0,35% menjadi 94,52.

Dollar Index mencerminkan posisi dolar AS di hadapan mata uang utama dunia. Kondisi itu menunjukkan bahwa investor global masuk ke pasar keuangan Indonesia, tetapi tanpa berlama-lama menggenggam mata uang garuda untuk menghindari risiko lanjutan.   

TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20180927172729-17-35070/bi-naikkan-bunga-acuan-pasar-obligasi-ditutup-menguat

Bagikan Berita Ini

0 Response to "BI Naikkan Bunga Acuan, Pasar Obligasi Ditutup Menguat"

Post a Comment

Powered by Blogger.