Dari AS, Lawrence 'Larry' Kudlow, Penasihat Ekonomi Gedung Putih, mengungkapkan ada peluang Washington-Beijing akan berdamai dan mengakhiri friksi dagang yang memanas sejak awal tahun. Bahkan bisa saja bea masuk yang sudah diterapkan bakal dicabut.
"Tidak ada yang ditulis di atas batu. Jika ada kesepakatan dengan China, maka bisa saja berbagai bea masuk akan dihapuskan," ungkapnya kepada wartawan di Gedung Putih, mengutip Reuters.
Rencananya, Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan berdialog di sela-sela KTT G20 di Buenos Aires (Argentina) akhir bulan ini. "Kami mungkin akan melakukan dialog yang sangat bagus dengan Presiden Xi," ujar Kudlow.
Ketegangan perang dagang pun sedikit mereda, dan investor mulai keluar dari sarangnya. Pelaku pasar berani mengambil risiko dan masuk ke aset-aset di negara berkembang Asia, termasuk Indonesia.
Selain itu, pelaku pasar juga optimis terhadap hasil pertemuan Politbiro Partai Komunis China yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping. Muncul indikasi adanya stimulus tambahan yang sedang disiapkan bagi perekonomian Negeri Panda.
Menurut pernyataan yang dirilis seusai pertemuan, kondisi perekonomian domestik dinyatakan sedang mengalami perubahan. Tekanan ke bawah (downward pressure) sedang meningkat, dan pemerintah perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi hal tersebut.
Aura positif juga datang dari Eropa. Inggris dan Uni Eropa dikabarkan mencapai kesepakatan sementara terkait nasib lembaga keuangan selepas Brexit.
The Times melaporkan, Perdana Menteri Inggris Theresa May sudah sepakat dengan Uni Eropa bahwa lembaga keuangan Negeri Ratu Elizabeth tetap bisa mengakses pasar Eropa Kontinental, meski nanti Inggris tidak lagi menjadi bagian Uni Eropa. Lembaga keuangan Inggris tetap bisa memberikan pelayanan hingga pertukaran data.
Selain dari Inggris, kabar positif lainnya adalah rilis data inflasi Zona Eropa periode Oktober yang sebesar 2,2% secara tahunan (year-on-year/YoY). Lebih cepat dibandingkan bulan sebelumnya yaitu 2,1%.
Inflasi Benua Biru yang mulai merangkak naik dengan stabil akan memantapkan sikap Bank Sentral Uni Eropa (ECB) untuk melakukan pengetatan moneter. Dimulai dengan mengakhiri stimulus moneter pada Desember 2018, dan menaikkan suku bunga acuan pada musim panas (tengah tahun) 2019.
Sentimen-sentimen positif ini membuat investor meninggalkan aset-aset aman (termasuk dolar AS) dan masuk ke instrumen berisiko. Pasar keuangan Benua Kuning pun diuntungkan karena menerima aliran dana yang keluar dari Negeri Paman Sam.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Gairah Pasar Membuncah"
Post a Comment