Bank Indonesia (BI) mencatat NPI kuartal III-2018 mengalami defisit US$ 4,39 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yang juga minus US$ 4,31 miliar. Ini merupakan titik terendah sejak kuartal III-2015.
NPI terdiri dari transaksi berjalan (current account) serta transaksi modal dan finansial. Pada kuartal II-2018, keduanya tekor.
Transaksi berjalan, yang menggambarkan pasokan valas dari ekspor-impor barang dan jasa, mengalami defisit US$ 8,85 miliar atau 3,37% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Ini merupakan defisit terdalam sejak kuartal II-2014.
Sementara transaksi modal dan finansial, yang mencerminkan pasokan valas dari investasi di sektor riil dan pasar keuangan, defisit US$ 4,67 miliar. Lebih dalam ketimbang kuartal sebelumnya yaitu minus US$ 3,44 miliar.
Data NPI, terutama transaksi berjalan, menjadi perhatian utama pelaku pasar. Pasalnya, data ini mencerminkan pasokan devisa di dalam negeri. Jika defisit, berarti memang pasokan valas sedang seret sehingga wajar kalau rupiah melemah.
Mengapa transaksi berjalan menjadi sangat penting? Sebab pos ini menjadi gambaran aliran valas yang lebih jangka panjang karena datang dari sektor perdagangan. Ketika transaksi berjalan defisit, fundamental ekonomi (khususnya nilai tukar) menjadi kurang kuat karena minim pasokan valas yang berkesinambungan alias sustain.
Transaksi modal dan finansial yang defisit dapat dimaklumi karena sifatnya memang lebih fluktuatif. Dia akan tinggi saat aliran modal (terutama di pasar keuangan alias hot money) sedang deras.
Namun saat ini hot money sedang tidak bisa diandalkan. Sebab arus modal tengah terpusat ke Amerika Serikat (AS), karena tren kenaikan suku bunga acuan. Ini tidak hanya dialami Indonesia, tetapi hampir seluruh negara di dunia.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Neraca Pembayaran Tekor, Apa Jadinya Pasar Senin Nanti?"
Post a Comment