"Banyak faktor yang membuat penguatan obligasi tertahan, salah satunya adalah inkonsistensi rupiah serta memburuknya defisit neraca berjalan (current account deficit/CAD)," ujar Associate Director PT Kiwoom Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus dalam catatan risetnya.
Dia menambahkan secara teknikal, kenaikan harga obligasi rupiah pemerintah yang cukup panjang selama hampir delapan hari akan sulit kembali menguat karena belum melebihi titik tertinggi sebelumnya.
Obligasi acuan 10 tahun masih belum dapat melebihi titik resisten di harga 88,25% atau di bawah 8% secara imbal hasil (yield), obligasi acuan 20 tahun juga masih tertahan di titik resisten di harga 91% atau di bawah 8,45% secara imbal hasil.
Dia juga mengatakan aliran dana asing masuk (capital inflow) mendukung penguatan harga dalam reli beberapa hari yang lalu, dari 36,9% menjadi 37,1% atau dari Rp 864 triliun menjadi Rp 871,16 triliun, tetapi faktor tersebut saja masih belum cukup untuk mempertahankan reli.
Faktor lain, tuturnya, adalah naiknya imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS/US Treasury) yang juga membatasi ruang penguatan bagi pasar obligasi.
Kenaikan yield US Treasury akan membuat selisih (spread) dengan SBN menyempit dan menurunkan minat investor global untuk masuk ke pasar surat utang domestik.
Untuk itu, Nico dan tim merekomendasikan jual hari ini dengan fokus lelang pada esok hari.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(prm)
Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20181112080414-17-41638/gejolak-rupiah-pelebaran-cad-tekan-lagi-pasar-obligasiBagikan Berita Ini
0 Response to "Gejolak Rupiah & Pelebaran CAD Tekan Lagi Pasar Obligasi"
Post a Comment