JAKARTA, KOMPAS.com - Waktu menunjukkan pukul 10.30 WIB, namun matahari sudah terasa seperti di ubun-ubun. Suhu udara tercatat mencapai 34 derajat celcius.
Nampaknya teriknya Jakarta tak menyurutkan semangat pemudik untuk menunggu jadwal keberangkatan kereta mereka menuju kampung halaman melalui Pasar Senen.
Beberapa pemudik bahkan datang jauh lebih awal dari jam keberangatan supaya tidak ketinggalan jadwal kereta yang sudah jauh-jauh hari dipesan.
Ramainya pemudik di musim Lebaran, yang tak jarang membawa bertas-tas barang bawaan menjadi ladang rezeki bagi para porter atau pramuantar Stasiun Pasar Senen.
Sudarto (55) salah satunya. Dirinya mengaku telah menggeluti profesi sebagai porter di Stasiun Pasar Senen selama 10 tahun.
"Sebelumnya saya jadi jasa bersih-bersih di stasiun juga," ujarnya kepada Kompas.com ketika dirinya sedang rehat di salah satu ujung peron stasiun, Rabu (13/6/2018).
Sudarto menyadari, menjalani profesi sebagai porter tidak akan memberinya kehidupan yang berlebih, ditambah lagi, dirinya harus mengorbankan waktunya bersama keluarga di rumah untuk bekerja di musim Lebaran seperti ini.
"Memang nggak bikin kaya, cuma cukuplah kalau buat makan sama istri," ujar Sudarto.
Bagi Sudarto, momen berkumpul bersama keluarga memang penting, namun tidak melulu harus dilakukan selama Lebaran. Sudarto sendiri sudah pulang ke kampungnya di Cirebon awal puasa lalu.
"Ya kumpul, pulang ke Cirebon, ketemu keluarga, tapi awal puasa kemarin. Kalau sekarang pulang ya sayang, masa rezeki ada nggak dijemput," lanjut dia.
Lain dengan Sudarto, Zaenal (49) memilih untuk pulang ke kampung halamannya di Semarang selepas Lebaran, walau dengan alasan yang sama.
"Kalau musim mudik begini lumayan, setiap ada satu kereta bisa dapat satu penumpang, ngasihnya biasanya Rp 20.000 sampai Rp 25.000," ujar Zaenal.
Padahal, lanjut Zaenal, jika dihari-hari biasa, dirinya belum tentu bisa mendapatkan Rp 100.000 per harinya.
Walau, untuk bisa mendapatkan satu penumpang agar menggunakan jasanya bukan hal yang mudah.
Banyak penumpang yang hanya membawa satu hingga dua tas saja sehingga memilih untuk membawa sendiri barang bawaannya.
"Sekarang banya orang mudik yang sendiri, nggak sekeluarga, barang bawaannya sedikit, belum lagi saingan sama porter lain," lanjut Zaenal.
Di Stasiun Pasar Senen sendiri, porter yang bekerja setiap harinya berjumlah 175 orang. Dalam satu shift biasanya terdapat 77 hingga 78 porter yang bergantian setiap harinya.
Senior Manajer Humas PT KAI Daop I Jakarta Edi Kuswoyo mengatakan, para porter ini merupakan pekerja lepas yang terdaftar di stasiun meskipun mereka tidak terikat dengan pihak stasiun.
"Jadi porter ini pekerja lepas, dia dapat uang dari penumpang, pihak stasiun hanya mengelola saya dan mengarahkan," ujar dia ketika ditemui Kompas.com di Stasiun Pasar Senen, Rabu (13/6/2018).
Dirinya melanjutkan, jasa porter tidak hanya terdapat di Stasiun Pasar Senen, tetapi juga di Stasiun Gambir dan Jatinegara.
"Kalau di Gambir jumlahnya 250 orang, di Jatinegara 170 orang," katanya.
Baca Lagi Dah https://ekonomi.kompas.com/read/2018/06/13/183214726/musim-mudik-ladang-rezeki-porter-stasiun-pasar-senen
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Musim Mudik, Ladang Rezeki Porter Stasiun Pasar Senen"
Post a Comment