Search

Harga Minyak Memanas, Pasar Obligasi Kembali Lesu - CNBC Indonesia

 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Koreksi juga menggenapi tren bearish (koreksi) akibat penurunan harga SUN acuan secara beruntun sejak akhir pekan lalu.

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. 

Seri paling terkoreksi adalah seri 20 tahun dengan kenaikan yield 4,6 basis poin (bps) menjadi 8,57%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri acuan lain adalah 10 tahun dan 15 tahun dengan kenaikan yield 0,5 bps dan 0,8 bps menjadi 8,08% dan 8,52%. Seri 5 tahun masih menguat dengan penurunan yield 0,1 bps menjadi 7,99%. 

Kenaikan harga minyak yang masih berlanjut hari ini disebabkan semakin meredupnya api perang dagang yang diprediksi akan mendongrak konsumsi dan permintaan minyak mentah. 

Selain itu, OPEC baru merilis data realisasi pemangkasan produksi menjadi 751.000 barel per hari sepanjang Desember, lebih rendah dari survei prediksi pelaku pasar 460.000 barel per hari.

 

Yield Obligasi Negara Acuan 18 Jan 2019
Seri Jatuh tempo Yield 17 Jan 2019 (%) Yield 18 Jan 2019 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 17 Jan'19
FR0077 5 tahun 7.992 7.991 -0.10 7.9627
FR0078 10 tahun 8.083 8.088 0.50 8.0988
FR0068 15 tahun 8.514 8.522 0.80 8.5277
FR0079 20 tahun 8.528 8.574 4.60 8.5461
Avg movement 1.45
Sumber: Refinitiv  

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,02 poin (0,01%) menjadi 235,39 dari posisi kemarin 235,41. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 532 bps, menyempit dari posisi kemarin 536 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,76% dari posisi kemarin 2,71%. 

Untuk pasar US Treasury, saat ini inversi yang sempat terjadi pada 17 Januari pada tenor 2 tahun-5 tahun kembali melonggar, seiring dengan potensi inversi seri 3 bulan-10 bulan yang selisihnya (spread) melebar menjadi 35 bps dari posisi sebelumnya 28 bps.

 

Yield US Treasury Acuan 18 Jan 2019
Seri Benchmark Yield 17 Jan 2019 (%) Yield 18 Jan 2019 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.41 2.412 3 bulan-5 tahun -18.1
UST 2020 2 Tahun 2.564 2.585 2 tahun-5 tahun -0.8
UST 2021 3 Tahun 2.552 2.571 3 tahun-5 tahun -2.2
UST 2023 5 Tahun 2.569 2.593 3 bulan-10 tahun -35.6
UST 2028 10 Tahun 2.747 2.768 2 tahun-10 tahun -18.3
Sumber: Refinitiv  

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 904,74 triliun SBN, atau 37,44% dari total beredar Rp 2.416 triliun berdasarkan data per 17 Januari.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 11,49 triliun dibanding posisi akhir Desember Rp 893,25 triliun, tetapi persentasenya masih turun dari 37,71% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga tidak seperti yang terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,38% menjadi 6.448 pada penutupan akhir pekan ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,04% menjadi Rp 14.170 di hadapan tiap dolar AS. 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,05% menjadi 96,01. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan dialami oleh sebagian besar penghuni daftar tersebut yaitu di Brasil, Malysia, Filipina, dan Rusia. 

Di negara maju, hampir seluruh pasar obligasi melemah, yang justru mengindikasikan adanya aliran dana ke pasar ekuitas di masing-masing negara yang mengindikasikan adanya mode risk-on di tengah kondisi sekarang. 

 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang
Negara Yield 17 Jan 2019 (%) Yield 18 Jan 2019 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 9.25 9.21 -4.00
China 3.091 3.118 2.70
Jerman 0.242 0.263 2.10
Perancis 0.643 0.659 1.60
Inggris 1.337 1.361 2.40
India 7.563 7.591 2.80
Italia 2.76 2.731 -2.90
Jepang 0.005 0.012 0.70
Malaysia 4.268 4.069 -19.90
Filipina 6.444 6.435 -0.90
Rusia 8.3 8.28 -2.00
Singapura 2.162 2.2 3.80
Thailand 2.475 2.48 0.50
Turki 15.39 15.36 -3.00
Amerika Serikat 2.747 2.768 2.10
Afrika Selatan 8.78 8.89 11.00
 Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA (irv)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20190118190457-17-51410/harga-minyak-memanas-pasar-obligasi-kembali-lesu

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Harga Minyak Memanas, Pasar Obligasi Kembali Lesu - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.