Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). Koreksi harga terhadap mayoritas obligasi seri acuan sudah terjadi berturut-turut sejak akhir pekan lalu.
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun.
Seri obligasi yang paling terkoreksi adalah seri FR0077 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 1,1 basis poin (bps) menjadi 7,99%, hampir melampaui level psikologis 8%.
Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seri 15 tahun dan 20 tahun juga terkoreksi dengan kenaikan yield menjadi sama-sama 8,49%, sedangkan seri 10 tahun menguat dengan penurunan yield 1,3 basis poin (bps) menjadi 8,05%.
Yield Obligasi Negara Acuan 17 Jan 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 16 Jan 2019 (%) | Yield 17 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 16 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.981 | 7.992 | 1.10 | 7.9317 |
FR0078 | 10 tahun | 8.072 | 8.059 | -1.30 | 8.0309 |
FR0068 | 15 tahun | 8.483 | 8.492 | 0.90 | 8.4267 |
FR0079 | 20 tahun | 8.497 | 8.497 | 0.00 | 8.4771 |
Avg movement | 0.18 |
TIM RISET CNBC INDONESIA
[Gambas:Video CNBC]
(tas)
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Tren Belum Berubah, Pasar Obligasi Masih Memerah - CNBC Indonesia"
Post a Comment