Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).
Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum.
Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0077 bertenor 5 tahun, FR0078 bertenor 10 tahun, FR0068 bertenor 15 tahun, dan FR0079 bertenor 20 tahun. Seri yang paling terkoreksi adalah FR0078 bertenor 10 tahun dengan kenaikan yield 1,2 basis poin (bps) menjadi 7,97%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.
Seri acuan lain juga terkoreksi yaitu seri 15 tahun dan 20 tahun dengan yield yang naik menjadi 8,32% dan 8,38%, sedangkan seri 5 tahun masih menguat dengan penurunan yield 0,3 bps menjadi 7,88%.
Yield Obligasi Negara Acuan 14 Jan 2019 | |||||
Seri | Jatuh tempo | Yield 11 Jan 2019 (%) | Yield 14 Jan 2019 (%) | Selisih (basis poin) | Yield wajar IBPA 11 Jan'19 |
FR0077 | 5 tahun | 7.883 | 7.88 | -0.30 | 7.8816 |
FR0078 | 10 tahun | 7.96 | 7.972 | 1.20 | 7.9495 |
FR0068 | 15 tahun | 8.318 | 8.329 | 1.10 | 8.3072 |
FR0079 | 20 tahun | 8.372 | 8.381 | 0.90 | 8.3536 |
Avg movement | 0.72 |
Mata uang garuda masih terkoreksi 0,18% menjadi Rp 14.065 per dolar AS pagi ini, seiring dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang juga melemah 0,49% menjadi 6.330. Pelemahan rupiah tidak sejalan dengan pergerakan dolar AS yang justru melemah pagi ini sebesar 0,13% menjadi 95,55.
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Seiring Pasar Saham dan Rupiah, Harga Obligasi Melemah - CNBC Indonesia"
Post a Comment