JAKARTA, KOMPAS.com - Warga yang biasa beraktivitas di sekitar Stasiun Kebayoran pasti tak asing lagi dengan pasar barang bekas di dekat stasiun.
Berbagai jenis barang dijual di sini, mulai dari sepatu, tas, jam, kipas angin, ponsel, baju, kaset, peralatan dapur, kaset, kamera, helm, hingga barang-barang antik.
Para pedagang menjajakan barang dagangannya di kedai-kedai semipermanen, pondok-pondok kayu, hingga di kolong flyover.
Hujan deras yang mengguyur wilayah Kebayoran Lama pada Senin (21/1/2019) siang membuat para pedagang menutupi barang dagangannya dengan plastik bening.
Baca juga: Pakai Bola Kristal dari Pasar Loak, Astronom Potret Rupa Bima Sakti
Pasar yang tak tertutup atap serta jalanan yang digenangi lumpur membuat pasar ini sepi pembeli pada siang itu.
Harga barang-barang bekas yang tentunya dijual dengan harga lebih murah dari barang baru itu menjadi daya tarik pasar ini.
"Wah dulu saya beli sepatu ini mahal, sekarang sudah ada di sini saja, murah pula," ujar seorang warga yang kebetulan lewat dan melihat sebuah sepatu Adidas putih mirip dengan yang dimilikinya.
"Ya iya buk, namanya juga pasar loak," ujar Buyuang (59), si pedagang sepatu.
Kepada Kompas.com, Buyuang mengaku kerap bertemu pembeli yang mengatakan hal serupa. "Biasa pada bilang temannya beli jutaan, eh di sini dapat murah," kata dia.
Ia mengaku mendapatkan barang dagangannya dari pedagang lain yang mengantarkan sepatu-sepatu bekas tersebut.
Dia juga menerima apabila ada warga yang ingin menjual sepatu yang sudah tak terpakai.
"Ya sekarang jualan sudah enak, mau jualan barangnya sudah ada yang antar ke mari," ucap dia.
Jenis sepatu yang dijual Buyuang cukup beragam, mulai dari sepatu sekolah, sepatu olahraga, pantofel, hingga sepatu boots terpampang di lapak miliknya.
"Harganya kalau sepatu sekolah paling murah Rp 75.000, kalau yang sepatu kerja, impor, bermerek bisa Rp 500.000-Rp 600.000," kata dia.
Menurut dia, baik pedagang maupun pembeli harus jeli dalam berbelanja barang di pasar loak.
Selain kondisi dari barang tersebut, mereka harus mampu membedakan mana barang yang asli dengan barang yang palsu atau KW agar dapat menentukan harga yang sesuai.
Baca juga: Foto Bandit Billy The Kid Bersama Pembunuhnya Ditemukan di Pasar Loak
Agus (50), pedagang lainnya yang berjualan pakaian bekas, menyebutkan bahwa omzet mereka turun sejak dipindahkan ke lokasi saat ini.
"Dulu kita jualan di depan sana, sejak dipindahkan ke mari ya turun jauh deh (pendapatan)," kata dia.
Agus mengatakan, saat ini pasar tersebut hanya ramai saat akhir pekan.
Meskipun pasar cenderung sepi, ia bersyukur masih bisa menyekolahkan ketiga orang anaknya dari hasil berdagang pakaian bekas.
"Ya alhamdulillah, semua anak saya bisa saya sekolahkan semua, biar enggak seperti saya yang gak lulus sekolah," kata dia.
Baca Lagi Dah https://megapolitan.kompas.com/read/2019/01/21/21093211/mengunjungi-pasar-barang-bekas-di-samping-stasiun-kebayoran
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Mengunjungi Pasar Barang Bekas di Samping Stasiun Kebayoran - KOMPAS.com"
Post a Comment