Search

Pasar Obligasi Indonesia dan Negara Berkembang Kompak Melemah

Data Refinitiv menunjukkan terkoreksinya harga SBN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 


Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah seri FR0075 yang bertenor 20 tahun dengan penurunan yield 5 basis poin (bps) mnejadi 8,65%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Meskipun masih terkoreksi, tetapi tekanan jual di akhir perdagangan mulai berkurang karena rerata kenaikan yield 3,92% pada sore hari tidak sebesar pagi 4,92% dan siang hari 5,38%.

 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,57 poin (0,25%) menjadi 231,2 dari posisi kemarin 231,78. Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang Pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 506 bps, melebar dari posisi kemarin 500 bps.  

Yield US Treasury 10 turun hingga 3,16% dari posisi kemarin 3,18%. Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 878,7 triliun SBN, atau 37,09% dari total beredar Rp 2.369 triiliun berdasarkan data per 8 November.  

Angka kepemilikannya masih positif Rp 14,38 triliun dibanding posisi akhir Oktober Rp 864,32 triliun, sehingga persentasenya masih naik dari 36,93% pada periode yang sama.

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar uang di awal perdagangan, meskipun rupiah terangkat di akhir hari karena kabar positif dari China.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 1,01% menjadi 5.835 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah menguat 0,03% menjadi Rp 14.805 di hadapan tiap dolar AS.
 

Pelemahan dolar AS seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,17% menjadi 97,375. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar India, yang kemungkinan sedang beralih ke pasar obligasi negara maju seperti Jepang dan AS justru menguat. 

Yield Obligasi 10 Tahun Negara Berkembang dan Acuan
Negara Yield 12 Nov 2018 (%) Yield 13 Nov 2018 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 10.4 10.46 6.00
China 3.496 3.502 0.60
India 7.81 7.76 -5.00
Italia 3.417 3.485 6.80
Jepang 0.119 0.115 -0.40
Malaysia 4.127 4.157 3.00
Filipina 7.37 7.47 10.00
Rusia 8.97 9.01 4.00
Singapura 2.495 2.495 0.00
Turki 17.07 16.44 -63.00
Amerika Serikat 3.186 3.165 -2.10
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/irv)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20181113194611-17-42001/pasar-obligasi-indonesia-dan-negara-berkembang-kompak-melemah

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasar Obligasi Indonesia dan Negara Berkembang Kompak Melemah"

Post a Comment

Powered by Blogger.