Search

Data Manufaktur dan Rencana Lelang Bebani Pasar Obligasi - CNBC Indonesia

 

Faktor tersebut diperkuat dengan momentum menjelang lelang perdana besok. 

Turunnya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan apresiasi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain.  

Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield).  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Seri paling terkoreksi adalah FR0064 dan FR0065 yang bertenor 10 tahun dan 15 tahun dengan kenaikan yield sama yaitu 2,8 basis poin (bps) menjadi 8,01% dan 8,23%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri 20 tahun juga terkoreksi dengan yield yang naik 1 bps sedangkan seri 5 tahun masih stagnan. Tahun ini, seri acuan tersebut akan segera diganti dengan beberapa seri baru yang sudah terbit yaitu FR0077 untuk tenor 5 tahun, FR0078 untuk 10 tahun, dam FR0068 15 tahun.  

Seri baru FR0079 20 tahun akan diterbitkan perdana dalam lelang rutin besok. 

Dalam lelang tersebut, pemerintah menargetkan dana Rp 15 triliun-Rp 30 triliun dari penerbitan beberapa seri acuan baru. 

Pemerintah melalui Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kemenkeu akan memggelar dua surat perbendaharaan negara (SPN), yaitu SUN bertenor di bawah 1 rahun serta empat seri kupon tetap (fixed rate/FR). 

Seri itu termasuk seri FR0077 berkupon 8,125% dan jatuh tempo 2024 dan seri FR0078 (penerbitan kembali) dengan tingkat kupon 8,25% dan jatuh tempo 2029. 

Kemudian, seri FR0068 berkupon 8,375% persen dan jatuh tempo 15 Mei 2034 dan seri FR0079 (penerbitan baru). 

Sebelum lelang, lumrahnya pasar surat utang akan terkoreksi karena pelaku pasar biasanya ingin menaikkan yield di pasar sehingga dapat berpengaruh dan mendapatkan diskon yang relatif besar pada lelang. 

Selain itu, hari ini data manufaktur China, Korsel, Malaysia, serta pertumbuhan ekonomi Singapura membuat khawatir pelaku pasar di Asia. 

 Yield Obligasi Negara Acuan 2 Jan 2019

Seri Jatuh tempo Yield 28 Dec 2018 (%) Yield 2 Jan 2019 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 2 Jan'19
FR0063 2023 7.87 7.87 0.00 7.732
FR0064 2028 7.983 8.011 2.80 7.949
FR0065 2035 8.205 8.233 2.80 8.1717
FR0075 2038 8.393 8.403 1.00 8.3491
Avg movement 1.65
Sumber: Refinitiv 

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih melemah.  

Indeks tersebut turun 0,19 poin (0,08%) menjadi 236,36 dari posisi kemarin 236,55. 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 535 bps, melebar dari posisi terakhir 520 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 2,65% dari posisi kemarin 2,77%.
 

Yield US Treasury Acuan 2 Jan 2019

Seri Benchmark Yield 28 Dec 2018 (%) Yield 2 Jan 2019 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.381 2.469 3 bulan-5 tahun -2.5
UST 2020 2 Tahun 2.498 2.496 2 tahun-5 tahun 0.2
UST 2021 3 Tahun 2.467 2.459 3 tahun-5 tahun -3.5
UST 2023 5 Tahun 2.511 2.494 3 bulan-10 tahun -18.9
UST 2028 10 Tahun 2.691 2.658 2 tahun-10 tahun -16.2
Sumber: Refinitiv 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, per akhir tahun lalu investor asing menggenggam Rp 893,36 triliun SBN, atau 37,72% dari total beredar Rp 2.368 triliun berdasarkan data per 28 Desember.  

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 7,23 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,8% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,22% menjadi 6.181 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah turun 0,49% menjadi Rp 14.445 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,16% menjadi 96,328. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan terjadi di hampir seluruh negara yaitu di Brasil, China, India, Malaysia, Filipina, Rusia, dan Thailand. 

Di negara maju, pasar bund di Jerman, pasar OAT di Perancis, pasar gilts di Inggris, JGB di Jepang, dan US Treasury juga kompak menguat.

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 28 Dec 2018 (%) Yield 2 Jan 2019 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 9.27 9.18 -9.00
China 3.27 3.203 -6.70
Jerman 0.246 0.164 -8.20
Perancis 0.71 0.65 -6.00
Inggris 1.269 1.2 -6.90
India 7.418 7.356 -6.20
Italia 2.773 2.704 -6.90
Jepang 0.002 -0.001 -0.30
Malaysia 4.094 4.073 -2.10
Filipina 7.046 7.036 -1.00
Rusia 8.73 8.7 -3.00
Singapura 2.045 2.045 0.00
Thailand 2.52 2.41 -11.00
Turki 15.83 16.1 27.00
Amerika Serikat 2.691 2.658 -3.30
Afrika Selatan 8.895 8.93 3.50
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20190102192058-17-48833/data-manufaktur-dan-rencana-lelang-bebani-pasar-obligasi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Data Manufaktur dan Rencana Lelang Bebani Pasar Obligasi - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.