Liputan6.com, Jakarta - Memasuki kuartal IV 2018, tekanan terhadap pasar keuangan di sejumlah negara berkembang, termasuk Indonesia berangsur mereda.
Hal ini tampak dari arus modal yang kembali masuk ke pasar obligasi maupun saham. Sepanjang pekan lalu, arus modal asing tercatat beli bersih (net buy) Rp 1,3 triliun di pasar saham.
Sementara di pasar obligasi, arus modal Rp 5,86 triliun. Adapun, nilai tukar rupiah menguat sebesar 1,72 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) selama pekan lalu, dengan berada pada level 14.955 di pasar spot pada Jumat 2 November 2011.
Direktur Strategi Investasi dan Kepala Makroekonomi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat, menyatakan arus modal asing kembali masuk (capital inflow) karena sentimen investor terhadap negara berkembang menjadi lebih baik. Selain itu, valuasi pasar negara berkembang sudah murah.
"Investor masih yakin akan fundamental ekonomi Indonesia yang stabil. Meski terseret sentimen negatif, sebagai negara berkembang, Indonesia menunjukkan indikator ekonomi yang relatif kuat," ujar Budi dalam keterangan tertulis, Selasa (6/11/2018).
Penerimaan pajak hingga September lalu tumbuh 17 persen, menunjukkan Pemerintah masih mampu membiayai anggaran negara secara internal. Di samping itu, data domestik seperti penjualan mobil dan motor membaik. Kredit perbankan hingga September 2018 tumbuh 12,6 persen yoy,” tambah Budi.
Selain itu, valuasi Indonesia telah dianggap murah. Indeks Harga Saham Gabungan telah terkoreksi 7,07 persen sejak awal tahun (ytd). Sementara yield obligasi mencapai 8, 29 persen per tahun, yang artinya investor bisa memperoleh return di obligasi sebesar 8,29 persen per tahun.
"Koreksi di pasar saham yang cukup dalam membuat valuasi valuasi IHSG dan saham menjadi menarik. Investor pun mulai kembali untuk masuk ke pasar saham dan obligasi," tambah Budi.
Sementara, nilai tukar rupiah menguat terhadap dolar AS, tertopang dari harga minyak yang melemah, sehingga meringankan biaya impor minyak.
"Defisit neraca minyak tetap menjadi masalah utama dari defisit neraca dagang alias current account deficit (CAD). Untuk itu, langkah Pemerintah untuk implementasi B20 sebagai bahan bakar alternatif harus segera diimplementasi," kata dia.
Rupiah juga menguat dengan hembusan ‘angin segar’ dari resolusi dari konflik dagang AS dengan Cina, meski tak sepenuhnya bisa memberi keyakinan pada pasar sebelum terealisasi. Mengutip Reuters, Trump dan Xi akan bertemu di sela pertemuan para pemimpin G20 untuk membahas perang dagang, pada akhir November, di Buenos Aires, Argentina.
Baca Lagi Dah https://www.liputan6.com/bisnis/read/3685032/kuartal-iv-tekanan-terhadap-pasar-keuangan-negara-berkembang-meredaBagikan Berita Ini
0 Response to "Kuartal IV, Tekanan terhadap Pasar Keuangan Negara Berkembang ..."
Post a Comment