JAKARTA, KOMPAS.com - Perekonomian global masih dihantui ketidakpastian yang mengakibatkan keluarnya sejumlah dana dari pasar saham dan pasar surat utang negara. Indonesia termasuk salah satu di antaranya.
Analis PT Bahana Sekuritas Muhammad Wafi menilai rencana kenaikan suku bunga bank sentral Amerika masih menjadi perhatian para investor serta kesehatan fiskal Indonesia. Hal ini tercermin dari asumsi Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2019, yang masih didiskusikan oleh pemerintah bersama parlemen.
Wafi menuturkan, beberapa asumsi makro ekonomi seperti target pertumbuhan ekonomi, level rupiah dan lifting minyak sudah lebih realistis dibanding asumsi awal yang disampaikan dalam RAPBN 2019.
"Kinerja keuangan emiten dan perekonomian Indonesia secara domestik masih cukup baik hingga kuartal ketiga tahun ini. Namun masih ada sejumlah risiko yang perlu diamati kedepannya," ujar Wafi dalam keterangan tertulis, Selasa (23/10/2018).
Risiko tersebut antara lain harga minyak dunia yang cenderung naik. Sedangkan harga batubara dan CPO masih tertekan karena permintaan yang turun. Saat ini, pasar masih menanti upaya lanjutan pemerintah untuk melakukan reformasi energi kedepannya. Dengan demikian, subsidi energi khususnya untuk bahan bakar minyak (BBM) bisa kembali ditekan.
Kondisi tak pasti seperti ini membuat pasar ragu memilih saham mana yang minim risiko. Wafi mengatakan, di tengah ketidakpastian global, keuangan sejumlah emiten masih memperlihatkan kenaikan positif pada kuartal ketiga tahun ini. Hal ini menjadi sentimen positif di pasar.
Penjualan semen, misalnya, mulai memperlihatkan trend kenaikan hingga kuartal tiga 2018, tumbuh 4,9 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.
Penjualan wholesale mobil naik sebesar 6,8 persen secara tahunan. Sedangkan penjualan retail mobil meningkat 10,8 persen hingga kuartal ketiga 2018.
Dengan memperhatikan pencapaian hingga kuartal ketiga dan risiko perekonomian, kata Wafi, Bahana masih merekomendasikan beli untuk beberapa saham pilihan yang terbilang aman dan tahan uji ditengah berbagai gejolak yang ada. Di antaranya saham PT Telekomunikasi Indonesia (TLKM).
Emiten tersebut masih mengantongi keuntungan hingga akhir tahun karena pengguna telekomunikasi dan paket data masih tinggi kedepannya. Ditambah lagi, perusahaan telekomunikasi milik negara ini rajin membagi dividend.
Selain itu, saham PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMSP), PT Gudang Garam (GGRM), dan PT Ramayana Lestari Sentosa (RALS) juga cukup menjanjikan karena didukung oleh daya beli masyarakat untuk kelas masyarakat menengah ke bawah yang masih kuat. Didukung pula rencana kenaikan upah minimum propinsi yang direncanakan naik sekitar 8 persen.
PT Aces Hardware (ACES) juga tak luput dari rekomendasi Bahana. retail tersebut membukukan kenaikan SSSG sebesar 11,3 persen pada September, dibanding periode yang sama tahun lalu. PT Ramayana Lestari Sentosa juga sukses mencatat kenaikan SSSG sekitar 11 persen pada periode
yang sama dibanding tahun lalu. Wafi juga merekomendasikan PT Semen Indonesia (SMGR) sebagai pemain terbesar dalam industri semen yang sudah memiliki jaringan di hampir seluruh Indonesia.
"Sejumlah capaian kinerja ini menjadi sentimen positif bagi pasar saham domestik meski sifatnya jangka pendek," kata Wafi.
Baca Lagi Dah https://ekonomi.kompas.com/read/2018/10/23/165639026/pasar-global-masih-bergejolak-pilihan-saham-ini-layak-dilirik
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Pasar Global Masih Bergejolak, Pilihan Saham Ini Layak Dilirik"
Post a Comment