Search

Investor Cenderung Beli Saham, Pasar Obligasi Terkoreksi - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Aksi beli di pasar saham membawa petaka bagi pasar obligasi Tanah Air. Pada perdagangan hari ini, Jumat (28/12/2018), hampir seluruh imbal hasil (yield) obligasi terbitan Pemerintah Indonesia seri acuan membukukan kenaikan.

Di pasar obligasi, yang menjadi acuan adalah tenor 5 tahun (FR0063), 10 tahun (FR0064), 15 tahun (FR0065), dan 20 tahun (FR0075). Pada hari ini, imbal hasil obligasi tenor 5 tahun, 15 tahun, dan 20 tahun naik masing-masing 2,7 bps, 0,2 bps, dan 2,1 bps. Sementara itu, imbal hasil obligasi tenor 10 tahun turun 4 bps.

Sebagai informasi, pergerakan yield obligasi berbanding terbalik dengan harganya. Ketika yield turun, berarti harga sedang naik. Sebaliknya, ketika yield naik, berarti harga sedang turun.


Pada perdagangan hari ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat tipis 0,06% ke level 6.194,5. Pada perdagangan intraday, IHSG sempat menguat hingga 0,35% ke level 6.212,13.

Sentimen positif bagi bursa saham Tanah Air datang seiring dengan adanya perkembangan positif terkait perang dagang AS-China. Tim perdagangan asal Negeri Paman Sam akan kembali bertolak ke Beijing untuk melakukan negosiasi dagang dengan China.

Mengutip Reuters, pertemuan AS-China kemungkinan terjadi pada Januari. Pertemuan ini sedang direncanakan kedua pihak melalui komunikasi yang intensif.

"AS memang sedang dalam periode liburan. Namun tim perdagangan AS dan China tetap menggelar komunikasi dan pertemuan masih terjadwal sesuai rencana. Kedua pihak berencana melakukan pertemuan pada Januari menindaklanjuti komunikasi yang intensif melalui telepon," kata Gao Feng, Juru Bicara Kementerian Perdagangan China.

Lebih lanjut, aksi jual di pasar obligasi juga terjadi seiring dengan proyeksi bahwa inflasi tahun ini akan menembus level 3%. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo.

"Ada beberapa hal yang ingin saya sampaikan. Pertama, mengenai inflasi berdasarkan survei Bank Indonesia sampai Desember 2018, diperkirakan inflasi IHK (Indeks Harga Konsumen) 0,56% month-to-month, kalau year-on-year-nya 3,07%," papar Perry.

Memang, angka tersebut lebih rendah dari target BI yang sebesar 3,2%. Namun, sebelumnya sempat muncul ekspektasi bahwa inflasi tahun 2018 akan berada di bawah level 3%. Hal itu dipicu oleh survei BI pada pekan pertama bulan Desember.

"Survey pada pekan pertama Desember 0,3%. Kita akan lakukan survey terus sampai pekan keempat, kalau bisa bertahan, maka inflasi year-to-date 2,81% sama dengan year-on-year," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara di Kompleks BI, Jumat (7/12/2018).

Inflasi merupakan variabel penting bagi investor dalam menentukan keputusan investasi di pasar obligasi. Jika inflasi rendah, maka obligasi akan menjadi menarik lantaran menawarkan real interest rate yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika inflasi tinggi, maka real interest rate menjadi lebih rendah sehingga obligasi tidak menarik.

TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/ank)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20181228194758-17-48400/investor-cenderung-beli-saham-pasar-obligasi-terkoreksi

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Investor Cenderung Beli Saham, Pasar Obligasi Terkoreksi - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.