Search

Pasar Obligasi Menguat Ditopang Window Dressing - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat pada perdagangan hari ini karena penguatan mata uang garuda dan aktivitas window dressing. Penguatan bahkan terjadi lebih besar pada penghujung perdagangan dibanding posisi pembukaan dan siang hari. 

Sekilas tentang window dressing, Investopedia mendeskripsikan window dressing sebagai aksi memperbaiki tampilan portofolio bagi investor atau manajer investasi menjelang akhir periode, termasuk di akhir tahun. 

Perbaikan tersebut dilakukan dengan cara menjual saham berkinerja jelek dengan saham yang kinerjanya lebih bagus sehingga isi portofolio dapat dipertanggungjawabkan kepada atasan. 


Naiknya harga surat utang negara (SUN) itu tidak senada dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. 

Data Refinitiv menunjukkanmenguatnya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield). Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. 

Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling menguat adalah seri FR0063 bertenor 5 tahun dengan penurunan yield 6,9 basis poin (bps) menjadi 7,9%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Bersamaan dengan itu, seri acuan lain juga sama-sama menguat, sehingga membuat yield-nya turun menjadi 7,98%, 8,18%, dan 8,37%. 

Roby Rushandie, Head of Research & Market Information Dept PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA), menilai penguatan hari ini masih terpengaruh sentimen positif turunnya harga minyak mentah dunia yang akan berdampak pada rupiah. 

"Sentimen positif lebih ke rupiah, bisa juga karena ekspektasinya akan apresiasi karena langkah The Fed sudah sesuai prediksi, serta faktor transaksi yang menguat apalagi menjelang akhir tahun."    

Yield Obligasi Negara Acuan 21 Dec 2018

Seri Benchmark Yield 20 Dec 2018 (%) Yield 21 Dec 2018 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 20 Dec'18
FR0063 5 tahun 7.974 7.905 -6.90 7.9
FR0064 10 tahun 7.997 7.98 -1.70 7.9274
FR0065 15 tahun 8.206 8.181 -2.50 8.1646
FR0075 20 tahun 8.411 8.37 -4.10 8.3623
Avg movement -3.80
Sumber: Refinitiv 

Apresiasi pasar obligasi pemerintah hari ini tercermin pada harga obligasi wajarnya, di mana indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA) masih menguat. 

Indeks tersebut naik 0,5 poin (0,24%) menjadi 235,93 dari posisi kemarin 235,36. Apresiasi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 518 bps, menyempit dari posisi kemarin 524 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,79% dari posisi kemarin 2,75%. Saat ini, yield US Treasury tenor panjang sudah lebih kecil daripada tenor pendek yang biasa dikenal dengan nama kurva yield terbalik (inverted yield curve), yang terjadi di tenor 2 tahun-5 tahun sebesar 1 bps. Kemarin, inversi juga terjadi lagi untuk tenor 3 tahun-5 tahun.

 Yield US Treasury Acuan 21 Dec 2018

Seri Benchmark Yield 20 Dec 2018 (%) Yield 21 Dec 2018 (%) Selisih (Inversi) Satuan Inversi
UST BILL 2019 3 Bulan 2.394 2.407 3 bulan-5 tahun -25.7
UST 2020 2 Tahun 2.644 2.674 2 tahun-5 tahun 1
UST 2021 3 Tahun 2.622 2.655 3 tahun-5 tahun -0.9
UST 2023 5 Tahun 2.626 2.664 3 bulan-10 tahun -38.9
UST 2028 10 Tahun 2.776 2.796 2 tahun-10 tahun -12.2
Sumber: Refinitiv 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 892,33 triliun SBN, atau 37,63% dari total beredar Rp 2.371 triliun berdasarkan data per 14 Desember. 

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 8,26 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, tetapi persentasenya masih naik dari 37,8 % pada periode yang sama. Penguatan di pasar surat utang hari ini seperti yang terjadi di pasar ekuitas, tetapi tidak dengan pasar uang yang justu terkoreksi. 

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,26% menjadi 6.163 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,59% menjadi 14.550 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS seiring dengan naiknya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang menguat 0,25% menjadi 96,250. Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya terjadi di pasar Brasil, Thailand, dan Afsel. 

Di negara maju, seluruh pasar obligasi terkoreksi menjelang libur natal tahun ini.  


Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 20 Dec 2018 (%) Yield 21 Dec 2018 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 9.59 9.45 -14.00
China 3.342 3.355 1.30
Jerman 0.234 0.244 1.00
Perancis 0.676 0.696 2.00
Inggris 1.267 1.284 1.70
India 7.22 7.309 8.90
Italia 2.738 2.813 7.50
Jepang 0.031 0.044 1.30
Malaysia 4.098 4.099 0.10
Filipina 7.05 7.148 9.80
Rusia 8.71 8.76 5.00
Singapura 2.1 2.127 2.70
Thailand 2.5 2.465 -3.50
Turki 16.09 16.09 0.00
Amerika Serikat 2.789 2.794 0.50
Afrika Selatan 9.05 9.01 -4.00
Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA (irv/hps)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20181221173805-17-47540/pasar-obligasi-menguat-ditopang-window-dressing

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasar Obligasi Menguat Ditopang Window Dressing - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.