Search

Pasar SUN Mulai Panas, Resesi AS dan Brexit jadi Pemicu - CNBC Indonesia

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah dibuka terkoreksi pada awal perdagangn hari ini karena memanasnya proses Brexit dan ancaman pertumbuhan ekonomi global.

Penurunan harga surat utang negara (SUN) itu seiring dengan koreksi yang terjadi di pasar surat utang pemerintah negara berkembang yang lain. Data Refinitiv menunjukkanterkoreksinya harga SUN itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menaikkan tingkat imbal hasilnya (yield). 


Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 


SUN adalah surat berharga negara (SBN) konvensional rupiah yang perdagangannya paling ramai di pasar domestik, sehingga dapat mencerminkan kondisi pasar obligasi secara umum. Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 20 tahun. 

Seri acuan yang paling terkoreksi adalah FR0063 yang bertenor 5 tahun dengan kenaikan yield 4,4 basis poin (bps) menjadi 8,07%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. Seiring dengan koreksi itu, tiga seri acuan lain juga melemah. Koreksi hari ini juga diwarnai oleh memburuknya data neraca perdagangan November yang mencatatkan defisit US$ 2,05 miliar. 

Yield Obligasi Negara Acuan 17 Dec 2018

Seri Benchmark Yield 14 Dec 2018 (%) Yield 17 Dec 2018 (%) Selisih (basis poin) Yield wajar IBPA 14 Dec'18
FR0063 5 tahun 8.033 8.077 4.40 8.0194
FR0064 10 tahun 8.07 8.112 4.20 8.0233
FR0065 15 tahun 8.264 8.284 2.00 8.2359
FR0075 20 tahun 8.45 8.469 1.90 8.4096
Avg movement 3.13
Sumber: Refinitiv 

Koreksi SBN hari ini juga membuat selisih (spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 521 bps, menyempit dari posisi pekan lalu 537 bps. Yield US Treasury 10 tahun naik hingga 2,89% dari posisi kemarin 2,88%. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, saat ini investor asing menggenggam Rp 896,31 triliun SBN, atau 37,75% dari total beredar Rp 2.374 triliun berdasarkan data per 11 November. 

Angka kepemilikannya masih negatif Rp 4,28 triliun dibanding posisi akhir November Rp 900,59 triliun, sehingga persentasenya masih turun dari 37,85% pada periode yang sama. 

Koreksi di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar uang. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun 0,84% menjadi 6.118 hingga siang ini, sedangkan nilai tukar rupiah melemah 0,14% menjadi Rp 14.600 di hadapan tiap dolar AS. 

Penguatan dolar AS tidak seiring dengan turunnya nilai mata uang dolar AS di depan mata uang utama negara lain, yaitu Dollar Index yang melemah 0,02% menjadi 97,419. 

Dari pasar surat utang negara berkembang, penguatan hanya dialami pasar Brasil, Rusia, Singapura, dan Thailand, sedangkan negara lain masih melemah. 

Di negara maju, penguatan hanya dialami pasar JGB Jepang dan sisanya melemah. Kondisi itu mencerminkan investor global masih menghindari pasar obligasi pemerintah baik di pasar negara berkembang yang lebih berisiko dibandingkan dengan pasar negara maju. 

Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Negara Maju & Berkembang

Negara Yield 14 Dec 2018 (%) Yield 17 Dec 2018 (%) Selisih (basis poin)
Brasil 9.83 9.68 -15.00
China 3.369 3.396 2.70
Jerman 0.256 0.261 0.50
Perancis 0.71 0.719 0.90
Inggris 1.241 1.246 0.50
India 7.408 7.441 3.30
Italia 2.946 2.967 2.10
Jepang 0.035 0.03 -0.50
Malaysia 4.098 4.1 0.20
Filipina 7.13 7.13 0.00
Rusia 8.74 8.72 -2.00
Singapura 2.227 2.223 -0.40
Thailand 2.645 2.62 -2.50
Turki 17.3 17.3 0.00
Amerika Serikat 2.889 2.897 0.80
Afrika Selatan 9.14 9.205 6.50

Sumber: Refinitiv  

TIM RISET CNBC INDONESIA (hps/hps)

Let's block ads! (Why?)

Baca Lagi Dah https://www.cnbcindonesia.com/market/20181217114236-17-46686/pasar-sun-mulai-panas-resesi-as-dan-brexit-jadi-pemicu

Bagikan Berita Ini

0 Response to "Pasar SUN Mulai Panas, Resesi AS dan Brexit jadi Pemicu - CNBC Indonesia"

Post a Comment

Powered by Blogger.